Sirah

 

Judulnya doank kok yang berat. Isinya santai. Di tulisan saya yang pertama setelah setangah tahun kagak diapa-apain blog ini, saya akan membuat resensi sebuah tetralogi yang ditulis oleh Tasaro GK dengan latar belakang cerita jaman Rasulullah-Khalifatur Rasyidin yang terakhir. Btw, tulisan ini spoiler.

Buku pertama, sang Penggenggam Hujan

1-1.png
1-2.png

Buku ini mulai dengan adegan Perang Uhud di satu sisi. Dan adegan dimana Kashva (tokoh fiktif untuk menyantaikan narasi dalam tetralogy ini) yang seorang “calon sarjana agama” Persia yang harus melarikan diri karena dikejar oleh Khosrau. Alasannya karena Kashva mengumandangkan pemurnian ajaran Zarathustra (Zoroteisme / Majusi). Dalam ceritanya, diceritakan bahwa pada Zarathustra sejatinya merupakan ajaran menyembah Tuhan yang Esa, dan juga disebutkan bahwa suatu hari nanti akan datang seorang juru selamat, sang Penggenggam Hujan. Kashva juga berkorespondensi dengan Elyas yang seorang Nasrani juga seorang biksu bernama Tashidelek. Mereka berdialog tentang sang Penggemgam Hujan yang kabarnya sudah muncul di tanah arab baduy. Sebuah tempat yang sangat jauh dari pusat peradaban di jamannya. Terdapat juga alur mundur yang bercerita tentang bagaimana perang badar terjadi serta beberapa kejadian nabawi yang pernting. Buku ini berakhir pada cerita Pembebasan Kota Mekah.

Dari sisi Kashva sendiri juga bercerita mengenai petualangannya melakukan pelarian ditemani oleh Mahsya, Vakhshur dan Xerxes. Juga bercerita tentang cinta segitiga antara dirinya, Astu dan Parkhida. Mahsya sendiri merupakan kakak dari Astu dan Xerxes adalah anak dari Astu dan Parkhida. Sementara Vakhshur adalah anak dari kolega Astu yang dikunjungi Kashva dalam pelariannya. Kisah cinta disini Astu dan Kashva punya daya tarik tersendiri dalam kisah ini.

Buku kedua, Sang Pengeja Hujan

2-1.png

Buku ini diawali tentang bagaimana kepribadian Abu Bakar yang tidak pernah menyembah berhala. Masa lalu dan perkembangan pribadinya. Alur maju dimulai saat setelah terjadinya pembebasan kota Mekah. Terdapat juga kisah bagaimana Rasulullah wafat. Buku ini juga menggambarkan bagaimana perbedaan pendapat antara Abu Bakar dan Fatimah. Pun menceritakan bagaimana Abu Sufyan sempat membujuk Ali untuk memberontak. Tapi sebagian besar bercerita tentang bagaimana pemerintahan di masa Abu Bakar. Bagaimana Abu Bakar memerangi para nabi palsu serta orang-orang yang menolak membayar zakat. Buku ini diakhiri dengan meninggalnya Abu Bakar dan terpilihnya Umar sebagai khalifah selanjutnya.

2-2.png

Di sisi Kashva sendiri menurut saya terjadi kisah-kisah yang agak berputar-putar. Yang menarik adalah pada buku ini juga terdapat bagaimana gejolak di Persia dan kemunduran salah satu pusat peradaban dunia tersebut serta bagaimana peran Astu di dalamnya. Akhirnya pun diketahui bahwa Elyas dan Biksu Tashidelek itu sebenarnya tidak ada. Mereka hanya pecahan pribadi Kashva.

2-3.png

Buku ketiga, Sang Pewaris Hujan
3-1.png

Dalam buku ini diceritakan bagaimana masa pemerintahan Umar. Bagaimana Umar melakukan ekspansi keberbagai wilayah. Termasuk pembebasan Persia, negeri asal Kashva yang sudah sedemikian lemah. Mungkin karena bercerita tentang Umar, jadi somehow ceritanya jadi garang-garang gimana… githu….

Sementara itu Kashva terpisah dari Vakhshur dan Xerxes. Mahsya sendiri mati karena tertangkap oleh tantara Persia. Kashva akhirnya sampai di Madinah. Tapi… somehow dia malah tidak mempelajari ajaran sang penggenggam hujan padahal karena itulah dia melakukan semua petualangan ini. Kashva sendiri bergaul dengan orang-orang non Muslim yang masih ada di Madinah ketika itu. Karena banyaknya penaklukan maka semakin banyak pula budak imigran yang dimiliki oleh kaum muslim sebagai harta rampasan perang. Tergambar jelas bagaimana dendam para budak Persia ini. Bibit syiah pun menjadi masuk akal dikemudian hari. Kashva sendiri akhirnya lupa ingatan akibat percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh mereka. Kahsva lupa ingatan dan malah mengingat bahwa dirinya adalah Elyas yang beragama nasrani. Pada pembebasan Al-Quds, Elyas punya peran tersendiri disini. Hingga pada akhirnya dia bertemu dengan seorang tentara muslim yang bernama Muhammad.

Buku keempat, Para Penggema Hujan

Buku ini bercerita tentang masa kekhalifanan Utsman-Ali. Masa-masa ini dipenuhi oleh kekacauan. Fitnah. Perbedaan pendapat. Pemberontakan. Dan perang antar umat muslim sendiri. Banyak hal yang harus dibaca sendiri dalam buku insi, karena terlalu sakit untuk menceritakan dan menuliskannya kembali.

Kini Kashva atau Elyas tidak lagi mendominasi. Kini lebih banyak bercerita tentang Vakhshur dan Astu. Bagaimana mereka berusaha mencegah pembunuhan terhadap Utsman meski gagal. Ada tokoh baru bernama Abdul Syahid. Orang ini banyak berperan cukup penting dalam perang unta dan perang shiffin. Bagaimana Thalhah dan Zubair khilaf memanfaatkan Aisyah. Bagaimana Amr bin Ash seorang politikus yang sangat handal. Banyak membuka mata saya tentang bagaimana manusiawinya para sahabat nabi ini. Dan mengingatkan saya bahwa Nabi memang pribadi yang begitu agung. Yah… intinya baca aja sendiri. Terlalu menyakitkan menuliskan semua fitnah-fitnah yang ada pada masa itu.

Akhirnya…. Para tokoh fiktif berkumpul. Abdul Syahid ternyata adalah Kashva. Dan terjalin lagilah kisah cinta yang tertunda puluhan tahun antara Kahsva dan Astu.

Perang pengaruh dan kekuasaan antara Ali dan Muawiyah sedemikian alotnya. Seakan ada dua matahari. Akhir cerita Ali terbunuh, tentu bukan oleh Muawiyah tapi oleh pemberontak, rakyatnya sendiri. Kekuasaan pun berpindah pada Muawiyah. Xerxes adalah staf ahli Muawiyah.

Definisi Kejahatan

Ketika Soeharto turun, kala itu saya baru kelas 3 SD. Jadi saya tidak punya ingatan yang kuat tentang bagaimana pak Harto. Saya hanya tau dia otoriter. Itu saja. Disamping juga pembangunan Indonesia yang begitu pesat pada masanya dan ditutup dengan krisis moneter. Saya sama sekali tidak tahu bagaimana beliau berkomunikasi, menjalankan manufer-manufer politiknya. Somehow, Saya menemukan video berikut :

Dalam video tersebut dia menceritakan tentang ideologi Soekarno dan keburukan cara memimpin Soekarno dengan cara yang sangat santun. Seakan membunuh musuh dari belakang sambil tersenyum di depannya. Dia merasa seorang jahat yang sedang menjelekan seorang jahat lainnya. Seperti seorang mafia yang sedang menghancurkan mafia lainnya. I feel so… somewhat. Saya lalu bertanya… apa sebenernya definisi orang jahat itu? Apakah orang-orang yang jelas-jelas melakukan sebuah kejahatan atau orang-orang yang melakukan kejahatan tapi dilapisi kebaikan sebagai topeng?

Tapi dari video ini bukankah garis-garis perjuangan moncong putih semakin jelas. Marxis yang berpolarisasi sedemikian rupa menjadi versi Indonesia, Marhaen. Jangan heran jika memang terasa aura-aura yang sama dalam pemerintahannya.

Saya ini hanya seorang perempuan yang hidup di dunia reformasi sebagai seorang Indonesia yang berusaha bersistem nilai Islam.

 

Menghargai Pencarian

Saya berbenturan dengan keberagaman yang cukup mengguncang saya adalah ketika SMA (15-18 tahun). Banyak harakah yang saya kenal ketika SMA. Somehow, they have their own way. Garis batas mereka cukup jelas. Beda dengan sekarang, sudah banyak orang-orang harakah yang cukup memiliki pikiran terbuka dan dewasa yang sudah punya pengaruh cukup besar dalam harakahnya masing-masing. Sehingga pandangan garis-garis harakah masa sekarang semakin pudar. Semakin bisa dikompromikan. Ataukah saya yang memilih lingkaran pergaulan orang-orang yang mengkompromikannya?

Ketika itu, saya melihat sahabat-sahabat saya memiliki alasannya sendiri sampai akhirnya bergabung dengan harokah-harokah tertentu. Dan saya cenderung enggan memilih dengan yakin dan pasti. Saya hanya menjalani apa yang ada saja. Tidak ingin berdeklarasi dengan siapa jiwa saya tertaut.

Ketika saya kuliah (18-…. tahun), saya bertemu dengan teman-teman yang mengalami pencarian. Berbagai pencarian. Salah satunya adalah pencarian agama. Sebagai seseorang yang lahir di lingkungan yang cukup islami dan dapat didikan yang cukup islami, pencarian mereka menjadi begitu menarik bagi saya. Saya merasa seandainya saya jadi mereka, apakah saya akan memilih Islam? Maka dari itu, saya merasa pencarian seperti yang mereka lakukan itu perlu juga untuk saya lakukan.

Saya tidak setekun mereka dalam melakukan pencarian. Saya hanya bertualang, tanpa punya niat untuk melepas apa-apa yang saya yakini dan saya pegang sejak awal. Akan tetapi, saya jadi merasakan bagaimana rasanya berada dalam proses pencarian. Yang tidak terima begitu saja apa-apa yang orang-orang “claim” sebagai kebenaran. Jadilah saya merasakan bagaimana rasanya meragukan semua hal dalam dunia ini. Meragukan eksistensi dan kebenaran Tuhan, meragukan eksistensi dan kebenaran agama, bahkan meragukan eksistensi keberadaan dirinya sendiri. Saya tahu bagaimana rasanya. Maka dari itu, saya merasa perlu untuk menghargai setiap proses pencarian yang dilakukan setiap anak manusia.

Saya dapati, mereka yang melakukan pencarian berakhir di tiga cabang. Pertama mereka yang merasa semakin yakin dengan kebenaran yang mereka yakini sejak awal atau menemukan kebenaran yang akhirnya mereka yakini dan tidak ada kebenaran yang lain (absolutisme). Kedua adalah mereka yang merasa yakin bahwa semua bisa jadi kebenaran (relativisme). Ketiga adalah mereka yang terus tidak puas mencari kebenaran. Terus meragukan keyakinannya sambil terus melakukan pencarian dan hanya tahu pencariannya akan berakhir ketika ajalnya datang sambil terus berdoa “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Al-Fatihah : 6).

Mungkin saya termasuk golongan terakhir.

Perempuan dan Islam

Inti dari masalah perempuan di seluruh dunia dari jaman dahulu kala… yang saya lihat adalah… tidak diakuinya identitas perempuan sebagai dirinya sendiri. Perempuan membutuhkan ayahnya atau suaminya untuk menjadikannya terhormat. Ayah tidak bisa selamanya melindungi. Maka, bisa dimengerti, bagaimana seorang perempuan begitu mengagungkan pernikahan. Hidupnya hanya untuk menikah. Jadilah dia rela dimadu atau menjadi istri keberapapun dari seorang pria terhormat. Kehidupan rakyat jelata memang tidak begitu. Ini adalah masalah kehormatan.

Saya mengerti seberapa mengerikan bila adat jawa bertemu dengan agama yang sebagian. Agama tidaklah salah. Orang yang memakai pembenaran agama untuk nafsunya, itulah yang menjijikan. Saya hanya bisa kasian pada orang-orang seperti itu. Bukankah seharusnya agama membawa kita ke arah pembebasan bukan semakin mengurung kita. Saya hanya bisa kasian pada orang-orang seperti itu. Yang salah satunya adalah orang terdekat saya. Sungguh kasian dia itu.

Padahal sepatutnya… Islam sebagai agama adalah jalan pembebasan. Termasuk mengenai hal ini. Kehormatan perempuan dalam Islam bukanlah ditentukan akan keberadaan dan keadaan suaminya. Maryam tidak memiliki suami namun tidak dapat dipungkiri bahwa dia adalah perempuan suci yang mulia. Asiah memiliki seorang suami namun dzalim luar biasa, dia mengaku Tuhan, hal tersebut tidak mempengaruhi kemualiannya. Khadijah yang mendampingi Rasulullah dalam keadaan tercukupi bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan suaminya merupakan ibunda kaum muslim yang sampai kapan pun tidak tergantikan. Namun, jangan sedih, ada juga Fatimah yang bersuamikan Ali yang saat mereka hidup bersama Ali belum mencapai masa ketercukupannya, dia juga perempuan mulia. Perempuan-perempuan ini tetap mulia karena ketaatan dan ketaqwaannya kepada Allah.

Kita perlu adil dalam memandang agama. Jangan salahkan mobil bagus yang kecelakaan karena supirnya yang tidak mampu mengemudikannya. Dah gitu aja…

#ngomongsamakacatanggal21April

Goblin

Meskipun umur tidak muda lagi, tapi tetep gue nggak mau ketinggalan tren. Ada satu drakor yang ngetren gt akhir-akhir ini. Sebenernya gue telat gitu, karena ketika gue mulai nonton, hiruk pikuknya udah selesei gitu. Tapi setelah gue tonton dengan menggunakan wifi warung dengan membeli es teh seharga 3000, tapi bergelas-gelas (2-3 gelas gt deh).

Goblin, sebuah drama fantasi
Drama korea ini bercerita tentang sebuah roh yang berhasil lolos dari kematian karena diselamatkan oleh seorang siluman (Goblin) yang sedang mabuk. Seorang Siluman memang diceritakan memiliki kekuatan ‘menentang’ kehendak dewa. Dia hidup abadi, tidak pernah menua dan tidak pernah mati. Namun, keabadian tersebut merupakan hukuman baginya. Dia hidup dengan tidak tenang. Dia menginginkan kematian. Syarat kematiannya adalah pedang yang menancap secara gaib didadanya harus dicabut. Dan yang dapat mencabut pedang hanyalah ‘pengantin’ (bride) yang telah ditentukan oleh dewa dan ternyata roh yang diselamatkan oleh Goblin dari kematian. Ironisnya, sang pengantin hanya bisa mencabut pedang tersebut ketika Goblin dan pengantinnya sudah berada dalam ikatan cinta yang cukup dalam (istilah yang dipakai dalam film ini adalah CINTA SEJATI atau TRUE LOVE). Di saat itu, Goblin sudah tidak ingin mati, dia malah menginginkan kehidupan, selama-lamanya dia bisa bersama sang pengantin. Konflik terjadi ketika sang dewa berkehendak hanya salah satunya dari Goblin dan pengantinnya yang bisa bertahan hidup di dunia fana ini. Selain itu, terdapat kisah ‘grim reaper’ yang bertugas menjemput roh dan mengantarnya ke pintu kehidupan berikutnya. Dia menjalin sebuah hubungan “bromance” dengan Goblin dan menjalin cinta dengan seorang perempuan yang di kehidupan lampaunya adalah adik dari Goblin.

Logical Fallacy yang ada di dalam “GOBLIN”
Di luar film ini hanyalah sebuah fantasi yang hanya perlu dinikmati, ada beberapa hal yang perlu dicermati. Sebetulnya banyak sekali hal yang janggal dalam film ini. Jadi, sebagai seorang yang kebanyakan mikir, maka, gue akan menyoroti kejanggalan yang paling berat.

Sebagai seorang beriman, film ini sangat jauh dari keimanan kita sebagai seorang muslim. Selain menunjukan gods (jamak dari God alias dewa-dewi) yang bertentangan dengan surat Al-Ikhlas, juga bertentangan dengan sifat wajib Allah, yaitu Qudrat (berkuasa) dan Iradat (berkehendak). Kemampuan Goblin menyelamatkan pengantinnya dari kematian dan juga takdir ajal yang bisa merubah juga tentunya bertentangan dengan keimanan kita. Ketergantungan takdir ajal terhadap kecepatan grim reaper menjemput ruh adalah hal yang lainnya.

Secara bahasa, kehendak didefinisikan kemauan, keinginan dan harapan yang keras. Dan berkehendak didefinikan sebagai mempunyai kehendak; kemauan, keinginan dan harapan yang keras. Sementara secara kontekstual, sifat Allah, Iradah (berkehendak), mempunyai arti Allah SWT telah menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya (termasuk salah satunya adalah mengenai ajal makhluk-makhluk-Nya) atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada campur tangan dari pihak lain, Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti akan terjadi. Seandainya Allah tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah). Allah bersifat terpaksa adalah mustahil karena artinya tidak juga bersifat berkuasa (qudrat). Sementara itu, Allah bersifat tidak berkuasa adalah hal yang mustahil, sebab hal itu akan berakibat lemahnya Allah. Kelemahan merupakan hal yang mustahil dimiliki oleh Allah, karena tidak akan mampu membuat sesuatu sedikitpun.

Maka dari itu, konsekuensinya adalah kapan ajal datang itu adalah sebuah kepastian. Tidak mungkin ada makhluk-Nya yang bisa mengubahnya. Tidak ada makhluk-Nya yang bisa menentang kehendak-Nya. Konsekuensi dari kemampuan menentang-Nya, makhluk tersebut harus memiliki kekuatan yang minimal sama dengan-Nya. Berasal darimanakah kekuatan untuk menentang-Nya tersebut? Bagaimana ada makhluk yang memiliki kekuatan lebih besar dari penciptanya?

#catatanwongdeso #pikiranngacomakkebanyakanmikir

Aku tidak ingin menjadi Perempuan

Menjadi perempuan ternyata memang sesulit itu…
Sesulit Kartini untuk merasa berhak menyalahkan ayahnya sendiri
Maka dia menyalahkan ibunya bukanlah wanita berada
Sehingga ayahnya bisa sewenang pada ibunya

Menjadi perempuan ternyata memang sesulit itu…
Sesulit menjadi wanita angkut di pasar
Harus mau menanggung beban
Yang sebenarnya tidak pantas ditanggungnya

Menjadi perempuan memang sesulit itu…
Tidak diijinkan untuk mengungkapkan rasanya…
bahkan tak boleh memiliki rasa….

Sungguh aku tidak ingin menjadi perempuan….

Perkenalan dengan Si Parasit Lajang

Aku sangat suka membaca. Aku menggilai buku. Ketika ada yang bilang sebuah buku itu baik. Aku merasa perlu wajib membaca.

Masa remajaku banyak ditemani oleh tulisan Asma Nadia, Dian Yasmina Fajrin, Afifah Afra dan penulis geng sono lainnya. Sampai akhirnya aku berkenalan dengan Dewi Lestari dan juga para sastra klasik. Seperti salah asuhan, siti nurbaya, dll. Tulisan Dee adalah yang paling memberi kesan yang mendalam pada saya. Karena didalamnya saya berkenalan dengan dunia yang abu-abu. Saya diperkenalkan oleh Dee kepada realitas dunia yang selama ini tidak pernah saya temukan. Dee meyakinkan saya kalau abu-abu itu memang ada. Baru selanjutnya saya berkenalan dengan Andrea Hirata dan Ahmad Fuadi. Para penulis baik-baik. Cuman Dee yang agak nyeleneh.

Sampai diumur awal 20an, aku yang sudah mendengar nama Pramoedya Ananta Toer di bangku SMP, semakin penasaran dengan apa yang ditulisnya hingga menjadi tahanan. Seorang penulis ditahan menjadi hal yang rumlah di masa orde baru. NAmun, apa yang ditulisnya sampai dia membuat rezim merasa terancam. Ku baca dan kumengerti mengapa orba merasa terancam. Tulisan Pram begitu realis dan memikat. Mampu membuat pembaca merasakan kebencian yang dia rasakan. Padahal saya membacanya di usia yang bisa dibilang cukup untuk berpikir logis. Mungkin belum bisa bijak. Ah… sejauh ini belum ada yang bisa menyaingi kehebatan berdogeng Pram.

Lalu aku berpikir, kenapa kebanyakan penulis adalah laki-laki. Aku ingin mencari penulis perempuan lain selain Dee. Lalu saya mengenal nama Mira W, yang ceritanya sering diangkat menjadi sinetron. Tidak tertarik baca. Karena ceritanya tentu saja, pastinya, drama dan sinetron banget. Sampai akhirnya saya menemukan nama Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu dan penulis geng sono lainnya juga. Hanya Ayu Utami yang berhasil “membujuk” saya untuk membaca tulisannya.

Saya berkenalan dengan tulisan Ayu, di usia 25an tahun. Di usia yang sangat cukup untuk berpikir logis, dan mungkin dengan tingkat kebijaksanaan yang jauh lebih tinggi dengan ketika membaca Pram. Saya hanya merasa MENGERTI apa yang Ayu tulis, tanpa ikut merasakan kebencian yang Ayu tulis. Mungkin karena saya merasa yang ditulis Ayu agak lebay. Terutama untuk tulisannya, Pengakuan Eks Parasit Lajang. Pandangannya soal pernikahan, poligami, perselingkuhan, hubungan dua manusia, hm… saya hanya pada tahap mengerti belum memahami.

Mungkin karena banyak pandangan saya yang berbeda dengan Ayu. Di umur yang tidak muda lagi, pastinya otak saya tidak sekosong ketika saya membaca Dee dan Pram. Saya sudah punya sistem nilai sendiri yang cukup kuat. Saya membaca Pengakuan Eks Parasit Lajang sebelum saya membaca si Parasit Lajang. Saya merasa tulisannya lebih kepada film-film box office yang setelah kita menontonnya kita hanya bisa berkata, “Oh ya udah, begitu aja emang ceritanya.”

Ada satu hal yang sedikit membekas dalam pemikiran saya. Pandangannya tentang poligami. Hm… perlu diketahui Ayu beragama Katolik. Dalam Katolik, sejauh yang saya tahu, tidak ada kepastian hukum mengenai hal tersebut. Ayu membawakan topik ini dengan cara bercerita sebagai simpanan dari bosnya. Dia bilang, dia ada di dalam hubungan gelap, illegal. Berhubungan dengan seseorang yang secara jelas memiliki komitmen dengan orang lain adalah sesuatu yang illegal, gelap. Maka, dia bilang, “Biarkan sesuatu yang gelap tetap gelap. Jangan dipaksa untuk menjadi terang.” Dengan bermodal kemampuan bahasa Indonesia tingkt SMP, kita bisa mengerti apa yang dimaksud Ayu dengan kata-kata ini. Tapi ya udah gitu aja ceritanya. Seperti film-film box office.

Tapi…. tidak semua tulisan Ayu semengerikan itu. Bilangan Fu dan Simple Miracle adalah dua buku terbaik Ayu, versi saya. Terutama Simple Miracle. Saya sangat menyukai buku Ayu yang satu ini, terutamanya karena buku ini bersih sekali dari hal “begituan”. Simple Miracle menceritakan tentang spiritualisme kritis. Dimana kita boleh meragukan Iman kita, untuk mengetahuinya lebih dalam dan menjadi lebih yakin dengan Iman tersebut. Dia bilang, kita akan merasa takut akan apa yang kita tidak ketahui, maka cari tahulah sampai akhirnya kita menjadi tahu dan tidak takut lagi. Dia menceritakan konsep filsafat rumit dengan begitu popular. Keren. Untuk yang penasaran dengan Ayu Utami, saya sarankan untuk membaca buku yang ini. Relatif aman.

H.O.S Cokroaminoto

Teori Kepemimpinan Visioner

Visi tercipta dari kreativitas yang dimiliki oleh pemimpin. Visi merupakan refleksi professional dan pengalaman pribadi sebagai hasil elaborasi pemikiran antara pemimpin dengan anggota organisasi. Visi berbentuk berupa ide ideal tentang cita-cita organisasi di masa depan. Pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman professional, interakjsi dan komunikasi penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual membentuk pola pikir tertentu dan mempengatuhi visi yang terbentuk dari seseorang.

Kepemimpinan merupakan suatu fungsi yang harus dilaksanakan dalam organisasi. Didalamnya terdapat fungsi pengambilan keputusan menyangkut hal-hal yang harus dilakuakan organisasi. Kepemimpinan adalah ilmu atau kemampuan dalam mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Organisais tidak mungkin lepad dari keberadaan seorang pemimpin, karena dibutuhkan satu orang yamg dapat menentukan tujuan organisasi dan membuat anggota organisasi menuju ke arah tujuan organisasi.

Kepemimpinan visoner menuntut pemimpin memiliki kemampuan dalam menentukan arah organisasi melalui visi. Visi merupakan idealisasi pemilikiran pemimpin tentang masa depan organisasi. Maka dari itu, kepemimpinan visioner dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemimpin dalam menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikirab ideal yang berasal dari dirinya sebagai hasil interaksi social diantara anggota organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita masa depan organisai yang harus diwujudkan melalui komitmen semua personil.

Kepemimpinan visioner dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang paling efektif untuk diterapkan di era globalisasi ini. Kepemimpinan visioner adalah sebuah pola memimpin dengan cara menentukan visi bersama sesuai dengan tuntutan perubahan di masyarakat selanjutnya memberikan arahan bagi anggota organisasi untuk bekerja sesuai visi organisasi.
Pemimpin yang visioner memiliki ciri-ciri (Natsir,2012) sebagai berikut,
• Berwawasan ke masa depan.
• Berani bertindak meraih tujuan
• Mampu mempengaruhi orang lain
• Mampu merumuskan visi yang jelas
• Mampu mengubah visi ke aksi
• Berpegang pada nilai spiritual
• Membangun hubungan yang efektif
• Inovatif dan proaktif

Profil Cokroaminoto

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H. O. S. Cokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882. Cokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo. Pada awal karirnya, Cokroaminoto adalah seorang pegawai negeri, tetapi kemudian ia memutuskan untuk keluar sebagai pegawai negeri dan memilih berprofesi sebagai pedagang.

Pada bulan Mei 1912, Cokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam (SI). Organisasi ini pada awalnya didirikan oelh Haji Samanhudi untuk melindungi kepentingan pedangan pribumi dari pedagang etnis tionghoa yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Namun, untuk memperluas basis massa SDI, nama organisasi tersebut diubah menjadi Sarekat Islam

Selaku pemimpin organisasi terbesar di Nusantara saat itu, Cokrominoto menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian. Seperti pada tahun 1916, Cokroaminoto menanggapi UU desentralisasi yang dibuat oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903. Cokroaminoto menuntut penggunaan sistem demokrasi di bumi nusantara. Hal ini dinilai Cokroaminoto sebagai sistem yang dekat dengan pandangan islam.

Cokroaminoto memiliki pandangan berorientasi jauh ke depan tentang sistem kenegaraan yang berlandaskan nilai islam. Cokroaminoto memiliki kecenderungan keinginan untuk menerapkan sistem republik sebagai sistem pemerintahan yang akan diterapkan di bumi Nusantara nantinya. Selain itu, Cokroaminoto juga membuat formulasi nilai Islam yang diterapkan dalam hal kepemimpinan dan hak rakyat. Pemikiran inilah yang banyak diadopsi oleh Soekarno.

Sebagai petinggi organinsasi massa terbesar pada masanya, pemikiran Cokroaminoto banyak menyebar ke kalangan anak muda. Sehingga rumahnya sering dijadikan tempat berkumpul bagi anak muda untuk bertukar pikiran. Sikap Cokroaminoto yang terbuka terhadap segala pemikiran menjadikan rumah Cokroaminoto sebagai rumah bertemunya berbagai pemikiran tanpa kekhawatiran adanya konflik berkepanjangan. Meskipun Tjokroaminoto memiliki dasar pemikiran Islam yang kuat, Cokroaminoto tidak pernah memaksakan pemikiran dan keyakinannya pada anak-anak didiknya. Tiga murid Cokroaminoto yang paling terkenal adalah Semaun yang memiliki pemikiran komunis, Kartosuwiryo yang memiliki pemikiran islamis-radikal dan Soekarno yang memiliki pemikiran nasionalis.

Cokroaminoro memiliki satu kata mutiara yang sangat terkenal yaitu, “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat”. H.O.S. Cokroaminoto meninggal di Yogyakarta pada 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun.

Sebagai Pemimpin Visioner

Kepemimpinan visioner memiliki beberapa ciri utama (Natsir,2012), yaitu
• Berwawasan ke masa depan.
Ciri ini sangat melekat pada Cokroaminoto. Pada saat orang lain belum memiliki pemikiran untuk lepas dari pemerintahan kolonial Belanda. Cokroaminoto sudah berpikir tentang bentuk negara yang akan dimiliki oleh Nusantara, yaitu republik yang demokratis. Selain itu, Cokroaminoto juga sangat gandrung kepada persatuan. Cokroaminoto tidak pernah memaksakan kebenaran yang dipegangnya kepada murid dan pengikutnya. Hal ini dapat dilihat dari keberagaman pergerakan yang digalakan oleh murid-murid Cokroaminoto. Cokroaminoto menyadari bahwa Nusantara merupakan masyarakat yang heterogen. Maka, toleransi antar pemikiran dan budaya demi persatuan adalah hal yang harus dilakukan.
• Berani bertindak meraih tujuan
Keputusan Cokroaminoro untuk keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri (amtenaar) dan beralih menjadi pedagang/pengusaha. Hal ini dikarenakan dia tidak mau merendah dihadapan Belanda. Apabila dia tetap menjadi pegawai negeri, merendah kepada Belanda adalah sesuatu yang harus dilakukan. Setelah bergabung dalam SDI, dia mulai tahu bahwa agar tidak perlu merendah kepada Belanda, tanah jajahan Belanda yang belum bernama itu perlu pemerintahan yang mandiri. Tindakan Cokroaminoto untuk keluar dari pegawai negeri adalah tindakan yang berani dan hal tersebut dilakukannya dengan tujuan untuk meraih martabat bangsa yang telah dicabik-cabik oleh pemerintah kolonial Belanda.
• Mampu mempengaruhi orang lain
Sarekat Islam pada kepimpinan Cokroaminoto menjadi organisasi yang sedemikian besarnya. Hal ini dapat menunjukan pengaruhnya sebagai seorang pemimpin yang mampu menggugah rakyat untuk berorganisasi. Pidato-pidato yang dilontarkan oleh Cokroaminoto sangat menggugah kaum muda. Sedikit banyak pemikiran Soekarno berasal dari pemikiran Cokroaminoto. Gaya orasi Soekarno pun dikenal sebagai modifikasi gaya orasi Cokroaminoto. Selain itu, murid lainnya seperti Muso, Semaun dan Kartosuwiryo juga menjadi pemimpin yang yang memiliki pemikiran-pemikiran yang visioner dan mewarnai sejarah Indonesia. Walaupun tidak semua muridnya dikenang baik oleh sejarah.
• Mampu merumuskan visi yang jelas
Cokroaminoto adalah salah satu formatur Sarekat Islam. Sarekat Islam adalah organisasi nusantara pertama yang dapat menggalang massa begitu banyaknya dan menyebar ke banyak penjuru Nusantara. Tanpa visi yang jelas, organisasi tidak mungkin dapat menggalang massa yang sedemikian banyak dan menyebar sedemikian luas.
• Mampu mengubah visi ke aksi
Kemampuan beraksi Cokroaminoto tidak perlu diragukan. Tanpa aksi yang terarah, tidak mungkin sebuah organisasi dapat menggalang massa dan menyebar sedemikian luas.
• Berpegang pada nilai spiritual
Salah satu slogan Cokroaminoto adalah semurni-murninya tauhid. Selain itu, dia membayangkan Nusantara yang belum bernama saat itu memiliki sistem kenegaraan mandiri yang berlandaskan nilai islam. Hal ini menunjukan bahwa Cokroaminoto adalah pribadi yang berpegang pada nilai spiritual.
• Membangun hubungan yang efektif
Keterbukaan Cokroaminoto terhadap setiap pemikiran dan tidak memaksakan pemikirannya kepada murid-muridnya, membuat dia diterima oleh segala pemikiran. Pada saat itu, hal tersebut berhasil membuat banyak orang malah tersengat dengan pemikiran-pemikirannya.
• Inovatif dan proaktif
Menghilangkan kata Dagang pada nama organisasi SDI merupakan langkah yang sangat inovatif. Selain itu, langkah adalah langkah utama yang membuat organisasi ini menjadi sedemkian besarnya.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis yang telah dilakukan pada karakter pribadi Cokroaminoto dan ciri-ciri pemimpin visioner menyatakan bahwa karakter pribadi Cokroaminoto memiliki ciri-ciri pemimpin visioner.
• Pemikiran Cokroaminoto yang sudah berpikir tentang bentuk pemerintahan yang dimiliki Nusantara saat orang-orang pada masanya tidak berpikir tentang kemerdekaan.
• Cokroaminoto juga berani mengambil keputusan untuk mudur sebagai amtenar/pegawai negeri disaat orang-orang berpikir bahwa posisi amtenar/pegawai negeri adalah posisi yang aman.
• Sarekat Islam pada pimpinan Cokroaminoto menjadi organisasi yang sedemikian besarnya.
• Cokroaminoto merupakan tim formatur Sarekat Islam.
• Cokroaminoto memegang teguh agamanya dilihat dari bagian slogan terkenalnya yaitu, semurni-murninya tauhid.
• Cokroaminoto yang terbuka terhadap setiap pemikiran membuat dia diterima oleh segala pemikiran.
• Cokroaminoto melakukan inovasi dengan membuang kata ‘dagang” pada nama organisasi SDI.

Daftar Pustaka

Aji, W. (2014, Desember 25). Pengertian Dari Kepemimpinan Visioner. Retrieved Oktober 12, 2015, from http://www.laskarncc.com: http://www.laskarncc.com/2014/12/pengertian-dari-kepemimpinan-visioner.html
Karasteristik Pemimpin Visioner. (2012, Juli). Retrieved Oktober 6, 2015, from administrasipublikunm.blogspot.co.id: http://administrasipublikunm.blogspot.co.id/2012/07/karasteristik-pemimpin-visioner.html
Kepemimpinan Visioner. (2015, Januari). Retrieved Oktober 12, 2015, from http://pendidikansimple.blogspot.co.id: http://pendidikansimple.blogspot.co.id/2015/01/kepemimpinan-visioner.html
Qilang. (2013, November 13). Mahaguru yang Bijak Itu Bernama H.O.S. Cokroaminoto. Retrieved Oktober 6, 2015, from qikiqilangsyachbudy.blogspot.co.id: http://qikiqilangsyachbudy.blogspot.co.id/2013/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Wink. (2012, Maret). Biografi HOS Cokroaminoto – Pahlawan Nasional. Retrieved Oktober 6, 2015, from http://www.biografiku.com: http://www.biografiku.com/2012/03/biografi-hos-cokroaminoto-pahlawan.html

Doa

Jadi tetiba TL saya banyak yang membahas tentang seorang pemuka agama yang dibully karena dia meminta kita berdoa agar dollar turun. Tapi saya tetap menghargai beliau. Ketika saya berhadapan dengan chaos… pastilah saya juga akan berdoa. Saya sudah menjelaskan mengapa sebuah keadaan bisa kita anggap sebagai sesuatu yang chaos. Karena pengetahuan kita terbatas tentang hal tersebut.

Saya mengerti mengapa orang-orang tidak respect terhadap ajakan berdoa tersebut. Mungkin mereka tipe-tipe orang skeptis terhadap doa dan arwah. Semua yang terjadi di dunia ini adalah perpindahan materi dan aliran sebab akibat. Maka, mereka melihat arwah, kekuatan gaib, relijiusitas or… what ever lah… sebagai sesuatu yang tidak bisa merubah apapun. Mereka tidak punya tempat. Ada sebabnya kenapa dollar bisa naik dan tidak cukup ditanggulangi dengan doa. Harusnya pemerintah bisa berbuat sesuatu seperti Habibie yang menggunakan koneksiannya dengan Jerman untuk menyelamatkan rupiah kala itu. Atau usaha lainnya yang bisa membuat uang tidak berlarian dari tanah air. Himbauan doa yang agak berlebihan dari seorang pemuka agama / public figure agaknya memang bukan hal bijak. Seakan pemuka agama  membenarkan ketidakmampuan pemerintah dalam menanggulangi masalah ini. Dan doa seakan menjadi pemaaf bagi ketidakmampuan pemerintah.

Tapi, melecehkan usaha yang bisa dilakukan oleh seorang pemuka agama, dengan kapasitas yang dimilikinya, bukan juga merupakan tindakan yang bijak. Actually, saya sendiri sebagai rakyat kecil nggak ngerti apa yang harus saya lakukan. Dollar aja saya nggak punya. Jadilah yang saya bisa lakukan memang hanya berdoa.

Ayu vs Pram

Akhirnya aku berani membaca tulisan Ayu Utami. Memang ada beberapa bagian yang agak membuatku berhidik. Tapi setidaknya tidak membuat aku ingin muntah seperti ketika aku membaca Gadis Pantai nya Pram. Perempuan memang perlu sadar terhadap bahaya dan kekuatan yang dimiliki oleh tubuhnya. Cerita Gadis Pantai pernah dekat dengan pengalaman generasi sebelumku. Cukup jauh secara generasi, tapi cukup dekat secara darah. Mungkin karena itu aku meresapi dengan kadar yang agak berlebihan kisah Gadis Pantai. Tulisan Ayu tidak membuat aku terbawa kebenciannya terhadap agama karena memang  Ayu tidak membenci agama seperti Pram.

Ayu hanya membenci patriarki yang ada didalamnya. Tapi saya juga tidak terbawa dalam kebencian Ayu. Di umurku yang sekarang, aku menilai cara menulisnya seperti perempuan yang lagi ngambek, emosional. Beberapa tidak perlu terlalu dianggap serius. Mungkin juga pendapat saya ini karena saya terlalu dangkal memahami tulisan Ayu.

Saya sendiri kemudian sadar. Saya yang selama ini sedikit banyak melakukan kritik terhadap feodalisme dan patriarki. Diam-diam ternyata menikmati keduanya. Saya menikmati menjadi pihak yang dilindungi laki-laki, menjadi tanggung jawab laki-laki. Saya menikmati rasa hormat yang datang dari orang yang melihat kedudukan saya. Ya. Saya ternyata menjadi penikmat kedua sistem yang selama ini saya tidak suka habis-habisan. Lucu sekali rasanya menyadari hal itu.

Akan tetapi ada banyak kegelisahan yang Ayu rasakan sama dengan apa yang pernah saya rasakan. Mengenai nilai dan sistem nilai. Dia mempertanyakan mengapa kita harus tunduk pada sistem nilai yang dibentuk masyarakat. Citra diri yang ditetapkan lingkungan dan masyarakat terhadap diri. Dilain pihak, sistem nilai yang tidak perlu diturunkan hanya karena ingin kita masuk ke dalam kriteria sistem. Aku juga pernah merasakan hal-hal yang persis dirasakan Ayu dalam tulisannya. Tetap saja, menurut dia, kualitas soal ujian tidak boleh diturunkan sesuai kemampuannya hanya demi meluluskan dia. Tentang keadilan juga sedikit disinggung Ayu. Kegelisahan yang juga pernah aku alami. Kegelisahan yang kini sudah sudah aku jadikan lulucon bersama sahabat-sahabat  don’t care ku.

Pertanyaan dan kegelisahan yang Ayu ajukan untuk pembaca pikirkan telah aku temukan jawabannya. Ayu hanya bertanya, dan mungkin sengaja tidak memberikan jawaban. Dia tidak ingin terlalu ikut campur dalam pencarian arti pembacanya, mungkin.

Ayu juga membahas kesadaran akan pilihan. Pilihan yang dipilih secara sadar. Maka ketika salah, yang salah adalah kita yang memilih pilihan itu. Bukan yang lain termasuk Tuhan. Dengan begitu, kita tidak akan sekali-kali merasa bimbang dan kecewa.