Nabi Adam

Penciptaan Nabi Adam

Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah untuk menjadi khalifah/penguasa di muka bumi (Al-Baqarah : 30; Al-An’am : 62, 165). Lalu malaikat mempertanyakan mengapa Allah hendak menciptakan sesuatu yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah (Al-Baqarah : 30)?

Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana malaikat dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah? Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebelumnya malaikat telah melihat apa yang terjadi pada jin dan hin / bin. Seribu tahun sebelum Nabi Adam diciptakan, Bangsa Jin telah melakukan pertumpahan darah sehingga Allah mengutus pasukan malaikat untuk mengusir jin ke wilayah pesisir. Namun, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa malaikat mengetahui sebagian informasi yang ada di Lauhul Mahfudz. Ada pula pendapat yang menyatakan malaikat diberi tahu oleh Harut dan Marut. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa memang setiap makhluk diciptakan di bumi memiliki konsekuensi untuk saling bermusuhan.

Di sisi lain, Malaikat selalu bertasbih, mensucikan dan memujikan Allah. Artinya, jika Allah menginginkan manusia untuk menyembah Allah, malaikat sudah melalukannya tanpa berhenti. Tapi lalu Allah berkata bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat.

Keistimewaan Nabi Adam

Dan Dia mengajarkan kepada Adam semua nama-nama (Al-Baqarah : 31). Nama-nama yang dimaksud ada yang menyatakan nama-nama benda, ada yang menyatakan nama-nama makhluk hidup lainnya, ada yang menyatakan nama-nama malaikat, ada yang menyatakan nama-nama keturunannya, ada yang menyatakan segala jenis zat dan gerakannya.

Ketika Allah bertanya kepada para malaikat mengenai nama-nama benda. Karena pada awalnya malaikat merasa lebih berilmu daripada nabi Adam. Tapi ketika dia tidak dapat menjawab mereka pun segera bertasbih mensucikan nama Allah. Mereka menyadari bahwa pengetahuan mereka adalah terbatas atas apa-apa yang diberitahukan oleh Allah (Al-Baqarah : 32, 255).

Nabi Adam memiliki 4 keistimewaan yaitu :

  1. Diciptakan langsung oleh tangan Allah yang mulia,
  2. Ditiupkan ruh Allah kepadanya,
  3. Malaikat diperintahkan untuk sujud kepadanya,
  4. Diajarkan nama-nama segala sesuatu.

Iblis

Iblis merasa lebih mulia karena dia membandingkan dirinya yang terbuat dari api sedangkan Adam dari tanah. Padahal itu hanyalah ilusi kesombongannya. Karena sebenarnya tanah lebih bermanfaat dari api. Di dalam tanah terdapat unsur ketenangan, kesuburan, kemurahan, dan pertumbuhan. Sedangkan di dalam api terdapat kecerobohan, kekasaran, ketergesaan, dan pembakaran. Iblis hanya mencari alasan atas kesengajaannya untuk ingkar kepada Alah.

Iblis tidak pernah menjadi bagian dari malaikat, karena iblis tercipta dari api sedangkan malaikat tercipta dari cahaya (HR. Muslim). Iblis berasal dari golongan jin. Ketika membuat kerusakan di bumi, Allah mengirim pasukan malaikat untuk membunuh mereka dan menggiring ke wilayah pesisir pantai. Iblis berada di langit karena Iblis merupakan jin yang paling mulia. Iblis adalah golongan jin yang paling banyak menguasai pengetahuan dan beribadah paling banyak. Dia mendapatkan posisi di surga karena ritual ibadahnya seperti malaikat. Namun, dia menghancurkan semua itu dengan sikap takabbur, iri hati, dan menentang perintah Tuhannya. Sehingga dia diturunkan ke bumi dalam keadaan tercela dan terusir. Allah mengubahnya menjadi setan yang terkutuk. Karena Allah telah menghukum Iblis, maka Iblis akan menghalangi manusia dari semua jalan menuju Allah.

Kehidupan Nabi Adam di Dunia

Setelah Iblis diusir. Allah menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam dan memerintahkan mereka untuk tinggal di surga. Namun, ada pedapat yang menyatakan bahwa Adam setelah menempati surga dan berjalan sendirian lalu bertemu dengan Hawa di surga.  

Allah hanya melarang keduanya untuk menndekati sebuah pohon. Pohon yang dilarang untuk didekati oleh Nabi Adam tidak secara gamblang disebutkan oleh Allah. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah pohon anggur. Orang yahudi mengklaim bahwa itu adalah pohon gandum. Ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah pohon kurma atau pohon tin. Namun, Imam Ahmad meriwayatkan hadist yang menyatakan pohon tersebut tidak terdapat di surga.

Ada 3 pendapat mengenai surga yang ditempati Nabi Adam. Pendapat yang pertama, surga tersebut adalah surga di langit yang abadi, sehingga Nabi Adam “diturunkan” ke bumi. Pendapat kedua adalah surga tersebut berada di bumi dan diciptakan Allah sebagai ujian terhadap larangan mendekati sebuah pohon. Namun, ada pendapat ketiga yang menyatakan bahwa surganya berada di langit namun bukanlah surga yang abadi yang menjadi balasan bagi orang beriman di akhirat. Makna dikeluarkan dari surga ke bumi bisa juga berarti perpindahan keadaan. Dari sebuah keadaan yang penuh kenikmatan, kemewahan dan kebahagiaan ke dalam keadaan penuh kejenuhan, keletihan dan kesengsaraan.

Iblis menjanjikan kekekalan setelah memakan buah terlarang. Iblis berargumen bahwa Allah melarang manusia memakan buah larang tersebut agar manusia tidak menjadi malaikat kemudian kekal di surga.

Dalam Al-Qur’an tidak pernah disebutkan bahwa Hawa membujuk Adam untuk memakan buah terlarang tersebut. Asumsi tersebut datang dari kitab Taurat yang kemudian diluruskan oleh Al-Qur’an. Pada peristiwa ini Al-Qur’an selalu mengatakan “keduanya” yang dibujuk setan, “keduanya” yang melanggar larangan, “keduanya” pula yang bertaubat.

Setelah peristiwa pelanggaran tersebut, Nabi Adam, Hawa dan Iblis diperintahkan untuk turun ke bumi. Sebelumnya Nabi Adam dan Hawa telah bertaubat akan pelangaran yang telah dilakukan oleh mereka. Disinilah terlihat perbedaan antara manusia dan iblis. Manusia akan bertaubat ketika menyadari telah melakukan kesalahan. Sementara Iblis tidak merasa bersalah sama sekali setelah melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah. Iblis malah bertekad untuk menyesatkan makhluk yang dianggap sebagai penyebab dia dihukum, padahal dia dihukum akibat kesombongan dan kebodohannya sendiri.

Nabi Musa pernah mendebat Nabi Adam dengan mengatakan bahwa umat manusia diusir dari surga dan mengalami kesengsaraan karena kesalahan yang dilakukan Nabi Adam. Tapi lalu Nabi Adam menjawab bahwa hal itu hal yang telah ditetapkan Allah sebelum penciptaan nabi Adam. Seperti yang telah disebutkan bahwa Allah hendak menciptakan khalfah di muka bumi. Artinya tujuan pencipataan Nabi Adam adalah untuk turun ke bumi, bukan untuk tinggal di surga (HR. Bukhari, Ahmad, Muslim). Allah pun tidak pernah menghakimi Nabi Adam sebagai seseorang yang durhaka (Thaha : 121).

Ketika ditampakan jasad-jasad keturunannya kepada Nabi Adam. Nabi Adam tertarik terhadap 1 jasad. Dia pun bertanya, jasad siapakah itu. Allah berfirman bahwa itu adalah jasad Nabi Daud. Lalu Nabi Adam menanyakan umur yang Allah takdirkan pada Nabi Daud. Setelah mengetahui umur yang ditakdirkan kepada Nabi Daud. Nabi Adam menginginkan untuk memanjangkan umur Nabi Daud, diambil dari umurnya. Namun, ketika Malaikat Izrail menjemput Nabi Adam sesuai dengan umur yang telah disepakati Nabi Adam kepada Allah. Nabi Adam pun mengingkari (HR. At-Tirmidzi, Ahmad). Maka, begitulah manusia, sebagaimana manusia pertama, bersifat lupa dan ingkar serta tidak luput dari kesalahan.

Allah menakdirkan takdir yang berbeda-beda pada setiap manusia. Ada yang tertimpa kemalangan dan keburukan. Sesungguhnya Allah ingin manusia bersyukur (HR. Ahmad). Hal ini menjawab mengapa ada kemalangan dan keburukan yang menimpa manusia, sementara Tuhan Ada, Maha Baik dan Maha Adil.

Keturunan Nabi Adam

Salah dua anak dari nabi Adam bernama Habil dan Qabil. Nabi Adam memerintahkan Qabil untuk menikahkan saudara kembarnya kepada Habil. Tapi Habil enggan melakukannya karena dia pun ingin menikahi saudara kembarnya. Lalu Nabi Adam pun memerintahkan keduanya untuk berkurban. Habil mempersembahkan hewan ternak terbaik, sedangkan Qabil mempersembahkan hasil pertanian yang buruk. Kurban dari Habil diterima, sedangkan qurban dari Qabil tidak diterima. Lalu Qabil tidak menerima keputusan tersebut sehingga ingin membunuh Habil agar tetap tidak bisa menikahi saudara kembarnya. Sementara Habil tidak ingin berkonflik dengan Qabil, dia hanya berkata bahwa Allah hanya menerima qurban dari orang yang bertaqwa. Sementara Qabil menyalahkan Nabi Adam karena dia menuduh nabi Adam hanya mendoakan Habil. Padahal Nabi Adam mendoakan kedua anaknya.

Nabi Adam memiliki seorang anak yang merupakan nabi, yaitu Nabi Syits. Nabi Syits lahir setelah Habil tewas. Nabi Adam juga mengajari Nabi Syits siang dan malam serta peribadatan yang harus dilakukan di waktu-waktu tersebut. Risalah Nabi Syits diteruskan oleh anaknya yang bernama, Anwasy. Selanjutnya diteruskan kepada Qanin. Lalu Mahlayil yang dianggap raja oleh bangsa Persia. Dia orang yang pertama memotong pohon, membangun kota dan benteng-benteng besar. Dia yang membangun kota Babilonia dan As-Sus Al-Aqsha. Dia mendesak bangsa jin hingga ke ujung dunia. Dia membunuh makhluk yang membangkang dan menentangnya. Dia memiliki mahkota dan berpidato di hadapan manusia. Dimana itu artinya sistem hirarki kerajaan sudah tumbuh pada saat itu. Manusia telah memiliki pemimpin yang menguasai public speaking. Kekuasaanya dilanjutkan oleh Yarad. Yarad mewariskan kepada Khanukh yang selama ini lebih kita kenal sebagai Nabi Idris.

Nabi Idris adalah orang pertama yang menulis dengan pena (HR Ahmad). Idris juga orang pertama yang berbicara mengenai tafsir dan hukum. Idris menyukai kebenaran dan melakukan pembenaran (Maryam : 56). Hanya saja umatnya mendustainya. Namun, Allah mengangkatnya ke tempat yang tinggi (Maryam : 57).

Tinggalkan komentar