Sisi Gelap Diri Kita : Pikiran Liar

Terdapat perbedaan mendasar antara kalimat “aku gagal” dan “aku sedang mengalami kegagalan”. “Aku gagal” menyatakan bahwa aku adalah kegagalan itu sendiri. Konsekuensinya aku tidak pernah mengalami keberhasilan sama sekali. Sedangkan kalimat yang satunya bahwa seorang aku tetaplah aku, kegagalan adalah sesuatu yang sedang dijalani oleh aku. Artinya seorang aku juga pernah berhasil maka aku memiliki kesempatan untuk kembali berhasil.

Kita memandang diri kita dan kejadian yang sedang kita atau orang lain alami berdasarkan 3 filter mental yaitu generalisasi, delesi dan distrosi. Generalisasi adalah menyamakan sesuatu dengan persepsi umum akan identitas yang dimiliki sesuatu tersebut. Contohnya, orang padang pelit, Andi adalah orang padang, maka Andi akan dipersepsikan pelit padahal belum tentu Andi itu pelit. Delesi adalah kita menghilangkan informasi tertentu yang kita tidak inginkan. Contohnya ketika kita merasa tidak ada yang bisa mengerti kita, padahal selama ini ada orang tua yang selalu mengerti kita. Distorsi adalah menyelewengkan sesuatu yang indah menjadi sebuah tragedi. Contohnya ketika kita merasa sebagai ibu yang buruk, maka usaha kita bertaruh nyawa untuk melahirkan pun hanya akan dianggap sebagai peristiwa biologis alami belaka.

Orang yang depresi memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri, pengalaman yang sedang dilaluinya dan masa depan yang akan didapatkannya. Pola pikir negatif ini bisa diganti dengan pola pikir yang lebih adaptif. Orang yang mengalami depresi berpikir bahwa mereka tidak pantas untuk disukai/dicintai. Mereka perlu disadarkan bahwa mereka punya alasan untuk disukai oleh orang lain, karena mereka menghayati akan hal-hal yang mereka sukai dari diri mereka sendiri. Orang yang mengalami depresi akan beranggapan bahwa pengalaman buruk yang sedang dilaluinya berlangsung selamanya, tidak ada pengalaman baik yang pernah dilaluinya, kalau pun ada pengalaman baik hanyalah sebentar dan tidak berarti apa-apa. Mereka perlu disadarkan bahwa pengalaman baik dan buruk terjadi secara bergantian dan menjadi warna dalam kehidupan kita dengan menyelusuri pengalaman hidupnya dengan detail semenjak lahir. Orang yang depresi juga memandang bahwa masa depan yang akan didapatkannya adalah masa depan yang buruk sebagai akibat dari pengalaman buruk yang sedang dilaluinya saat ini. Akibatnya kita akan merasa tidak berdaya untuk melakukan perubahan saat ini, kehilangan harapan dan akan timbul pikiran untuk melakukan bunuh diri.  Mereka pelu untuk disadarkan bahwa depresi sedang membohongi mereka mengenai kejadian masa depan yang masih belum menjadi realita.

Ada beberapa cara berpikir yang dapat mendistorsi pemikiran kita, yaitu dunia hanya ada warna hitam dan putih dan tidak ada spektrum diantaranya, memiliki aturan dan ekspektasi yang tidak fleksibel, hanya memikirkan sisi negatif dari sesuatu, melihat hal positif dengan cara yang negatif, mengeneralisasi semua hal, melebih-lebihkan keadaan, menganggap sebuah kejadian dalam kontrol diri sendiri secara mutlak, menganggap semua persepsi akan emosi dan realita adalah sesuatu yang mutlak terjadi, membuat kesimpulan yang utuh dari realita yang sepotong dan terjebak dalam pemikiran kita sendiri. Semua pikiran ini tidak dapat dihilangkan, walau bisa diabaikan, tapi pikiran ini tetap ada. Maka, solusinya bukan menghilangkan pemikiran tesebut, tetapi kita perlu untuk memberi pilihan cara berpikir yang lain agar kita bisa memilih cara berpikir yang lebih objektif agar dapat bereaksi  dengan perilaku yang lebih adaptif.

Mempersepsikan Realitas

Orang yang depresi kehilangan koneksi dengan realitas. Pikirannya tidak dapat mempersepsikan realitas secara objektif. Agar terciptanya koneksi antara pikiran otomatis dan realitas, maka perlu dihadirkan pilihan pikiran yang berbeda dengan pikiran otomatis yang timbul akan peristiwa pencetus agar pikiran kita dapat memilih pikiran yang lebih adaptif. Ketika pikirannya sudah lebih adaptif, maka kita dapat melakukan evaluasi terhadap perilaku seperti apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi peristiwa pencetus yang terjadi.

Pemikiran otomatis dapat timbul akibat alur pemrosesan stimulus yang sudah berlangsung bertahun-tahun sehingga menjadi kebiasaan kita dalam mempersepsikan realitas. Hal ini menjadi masalah ketika kita mempercayai bahwa pikiran otomatis tersebut merupakan realitas yang tak terbantahkan. Dengan menghadirkan pilihan pikiran yang berbeda kita dapat sedikit demi sedikit mengubah alur pemrosesan stimulus kita sehingga pemikiran otomatis yang timbul juga dapat berubah. 

Perasaan berbeda dengan emosi. Emosi adalah suatu yang timbul secara otomatis terhadap sebuah realitas. Sedangkan perasaan adalah persepsi terhadap emos, bisa merupakan pikiran otomatis. Ada beberapa mitos mengenai perasaan.

Mitos yang pertama adalah bahwa kita hanya bisa merasakan satu emosi dalam satu waktu. Kenyataannya kita dapat merasa marah sekaligus sedih dalam satu waktu. Emosi memiliki spektrum dalam intensitasnya, pada emosi sedih ada sedih sekali, sedih biasa, sedikit sedih. Begitu juga pada emosi marah dan emosi lainnya. Manusia berperilaku digerakan oleh emosi. Bagian otak yang memproses logika dan emosi ada di bagian yang berbeda. Wajar ketika keduanya tidak beriringan. Secara logika, kita mengetahui bahwa anak kita tidak bermaksud merusak barang kesayangan kita sehingga kita pun merasa empati perasaan sedih dengan intensitas yang rendah terhadap anak kita. Namun, kita tetap merasa marah dengan intensitas tinggi kepada anak kita yang telah merusak barang kesayangan kita. Maka tidak bisa menjadi SEHARUSNYA kita tidak marah karena kita merasa sedih, atau sebaliknya. Karena semua perasaan adalah valid, boleh dirasakan bagi yang merasakannya.

Mitos yang kedua adalah emosi negatif selalu bersifat destruktif. Tidak ada emosi positif atau pun emosi negatif. Karena emosi mempunyai perannya masing-masing dalam melakukan kontruksi di dalam kehidupan kita. Apabila kita tidak beremosi takut terhadap ular berbisa. Maka hidup kita pun akan terancam bahaya. Karena emsoi takut itu lah yang membuat kita berpikir bagaimana agar kita dapat melewati bahaya sehingga dapat bertahan hidup dari ular berbisa.    

Mitos ketiga adalah orang lain bisa mengetahui perasaan kita. Kenyataannya persepsi terhadap apa yang dirasakan seseorang belum tentu benar. Kita sering enggan mengungkapkan apa yang kita rasakan seringkali disebabkan oleh kita yang enggan mengakui dan menerima perasaan kita sendiri. Kalau kita saja keliru dalam mengenali perasaan kita sendiri bagaimana dengan orang lain. Sehingga kita perlu mengkomunikasikan perasaan kita secara asertif.

Mitos ke empat adalah rasa sakit emosional tidak penting sehingga saya harus mengabaikannya. Sama seperti rasa sakit fisik, rasa sakit emosional akan menjadi penyakit yang kronis apabila terus diabaikan.

Mitos ke lima adalah emosi saya menentukan siapa saya. Kita enggan merasakan emosi takut karena enggan di cap sebagai penakut. Padahal emosi takut tersebut melindungi kita dari bahaya dan membantu kita untuk bertahan hidup. Emosi bukanlah diri kita, itu hanya bagian dari kita, alat kita untuk bertahan hidup. Maka dari itu kita perlu untuk menyadari dan menerima emosi yang datang kepada kita, serta menyalurkannya dengan cara yang asertif.

Apa itu Depresi?

Depresi adalah sebuah keadaan dimana seseorang kehilangan kemampuan untuk merasa bahagia. Orang yang depresi kehilangan koneksi dengan realitas. Sehingga realita apapun yang ada dan terjadi, dia tidak punya kemampuan untuk mempersepsikan realita secara objektif. Orang yang depresi tidak dapat kita suruh bersyukur karena untuk bersyukur kita perlu untuk mempersepsikan realita secara objektif. Orang yang depresi tidak dapat kita nasehati untuk lebih beriman karena sesuatu yang nyata secara fisik (realita) saja tidak dapat dipersepsikan secara objektif, apalagi sesuatu yang tidak tidak nyata secara fisik.

Orang yang mengalami depresi, tubuhnya kehilangan kemampuan memproduksi hormon serotonin. Depresi seperti penyakit fisik lainnya, contohnya diabetes, dimana tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin. Sehingga depresi merupakan sesuatu yang dapat dan harus diobati. Salah satu perbedaan keadaan depresi dengan bersedih atau berduka adalah timbulnya ide-ide untuk melakukan bunuh diri.

Ketika seseorang mengalami depresi sering timbul pertanyaan, “Apa yang terjadi?”, seakan depresi terjadi HANYA KARENA sebuah peristiwa pencetus. Padahal depresi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik, skema berpikir, kemampuan interpersonal, reaksi lingkungan dan lain-lain. Ada hal-hal yang menjadi penyebab seseorang menjadi lebih rentan terhadap depresi, yaitu genetik, konflik, perundungan, kejadian buruk baik semasa kanak-kanak maupun ketika dewasa, stres, penyakit, penyalahgunaan obat, kurangnya interaksi sosial, dan cara merespon suatu keadaan.

Depresi dapat pula merupakan salah satu dari fase keadaan duka. Keadaan duka diawali dengan penyangkalan terhadap duka atau kejadian yang menyebabkan duka. Lalu kita akan marah terhadap ketidakberdayaan kita dalam menghadapi kejadian tersebut. Selanjutnya kita akan berkhayal seandainya ada sesuatu yang bisa kita lakukan terhadap kejadian tersebut. Setelah itu kita akan bersedih akan kejadian tersebut. Sampai akhirnya kita akan menerima kejadian tersebut haruslah memang terjadi.

Emosi adalah sesuatu yang otomatis kemunculan. Kemunculan emosi diikuti pikiran otomatis. Pikiran inilah yang menjadi dasar kita melakukan sebuah perilaku. Pada orang yang mengalami depresi, biasanya pikiran otomatis yang timbul adalah pikiran otomatis yang tidak objektif sehingga menghasilkan perilaku yang juga tidak adaptif.

Hal-hal yang mempengaruhi proses pencernaan emosi adalah seberapa jauh kita menyukai diri kita sendiri, kemampuan membangun hubungan interpersonal, kemampuan menyelaraskan antara pikiran dan perasaan, kemampuan menerjemahkan sensasi fisik, kemampuan mengakui permasalahan yang ada, pola asuh di dalam keluarga serta karakteristik kepribadian.

Menikah dan Punya Anak

Tulisan ini akan saya dimulai dengan… SEMUA ITU PILIHAN SESEORANG yang berada di ranah privatnya. Dan seorang perempuan begitu juga seorang laki-laki punya kebebasan memilih seperti apa kehidupan pribadinya.

Kita perlu akui bahwa laki-laki lebih membutuhkan pernikahan daripada perempuan. Secara natural, laki-laki lebih perlu penyaluran kebutuhan dasarnya yang setara dengan makan dan minum. Secara kultural, laki-laki adalah pihak yang akan diurusi oleh perempuan dalam keluarga. Walau di jaman sekarang sangat banyak laki-laki yang sangat open minded untuk oke-oke aja ketika tidak diurusi, tidak minta diurusi, bahkan ikut turun tangan untuk mengurusi urusan domestik. Namun, ekspektasi masyarakat lebih membebani perempuan. Maka dari itu, perempuan yang enggan terbebani dengan semua itu memilih untuk tidak menikah. Apalagi fungsi laki-laki dalam kelurga bisa dia jalankan, dia bisa mandiri mencari uang sendiri. Padahal tujuan pernikahan bukanlah mencari penanggung hidup baru selain orang tua.

Di lain pihak, pilihan tidak menikah untuk seorang laki-laki adalah pilihan yang lebih berbahaya. Kenapa? Biasanya laki-laki yang enggan menikah adalah laki-laki yang enggan berkomitmen atau enggan bertanggung jawab. Merasa perempuan jaman sekarang banyak menuntut secara materi. Padahal kebutuhan dasarnya harus tetap tersalurkan. Jadi kemana dia menyalurkannya?

Karena perempuan yang secara pendidikan memadai biasanya bergaul dengan laki-laki yang enggan berkomitmen atau bertanggung jawab, maka terjadilah keengganan untuk menikah. Jadi solusinya apa? Hentikan pengkotakan peran-peran ini, suami harus begini, istri harus begitu. Toh, di Al-qur’an tidak ada aturannya. Bahkan di dalam sirah… jelas-jelas Aisyah dan Khadijah diriwayatkan memiliki budak dan pelayan. Yakin kedua istri Rasul itu menanggung semua beban tugas domestik? Khadijah juga diceritakan adalah seorang saudagar. Disinilah saya menyadari bahwa Nabi Muhammad adalah seorang laki-laki yang untuk ukuran jaman sekarang pun bisa dibilang SANGAT MODERN. Dia tidak kehilangan harga dirinya sebagai laki-laki meski istrinya saudagar kaya, egonya tidak terluka. Bisa jadi, Nabi Muhammad adalah seorang bapak rumah tangga ketika beristrikan Khadijah. Jadi aturan siapa itu perempuan harus mengerjakan semua urusan domestik dan laki-laki harus mencari nafkah?

Tujuan pernikahan sendiri pun bagi setiap individu yang menikah berbeda-beda. Ada yang kebutuhan akan biologisnya sedemikian tinggi sehingga ingin menikah TANPA TERLALU banyak pilih-pilih, yang penting agamanya baik. Apakah alasan itu salah? Menurut saya tidak. Itu adalah cara dia untuk melindungi dirinya sendiri. Ada yang menikah karena sudah berada diujung masa subur reproduksi. Apakah ini salah? Tentu tidak. Mungkin menurut dia, kebahagian adalah menjadi orang tua. Ada yang menikah karena merasa menemukan pasangan yang tepat. Untuk beberapa kalangan, alasan ini dianggap sebagai alasan yang paling benar. Ada yang menikah karena ingin memiliki keluarga, adanya rumah tempat dia “pulang” (biasanya terkamuplase dengan ingin beribadah). Nah, ini adalah alasan yang dianggap wajar bagi kultural Indonesia dan dianggap paling benar. Intinya… alasan menikah seseorang adalah untuk mencapai kebagaian versi dirinya.

Maka dari itu, bisa jadi… orang yang memilih untuk tidak menikah memiliki versi kebahagiannya sendiri. Bahkan ada ulama-ulama yang tidak menikah selama hidupnya karena ingin mengabdikan dirinya untuk ilmu Allah. Jadi… pada intinya… menikah dan tidak adalah pilihan privat seseorang yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Ketika kita menikah. Kita harus bertanggung jawab akan kehidupan pernikahan kita, dan ketika kita tidak menikah kita harus bertanggung jawab akan kehidupan single kita.

Bagaimana dengan memiliki anak? Keputusan untuk memiliki anak, pada sebagian besar masyarakat Indonesia, didominasi oleh keputusan laki-laki. Padahal… yang  terdampak secara fisik dan psikologis dominannya adalah perempuan. Bagaimana bentuk tubuh perempuan berubah ketika hamil dan menyusui. Bagaimana hormon menyebabkan kondisi psikologis perempuan bergejolak selama hamil dan menyusui. Bagaimana tanggung jawab tentang anak akan 75% dibebankan kepada perempuan. Belum lagi trauma masa kecil yang mungkin dimilikinya akibat pengasuhan orang tuanya. Maka dari itu, cobalah lihat keputusan seseorang untuk merasa cukup dengan pasangannya saja dengan empati pada apa akibatnya terhadap tubuh perempuan. Istri Nabi Muhammad pun yang mempunyai anak hanya Khadijah dan Mariyah al-Qibthiyah. Tidak mempunyai anak, tidak mengurangi kemuliaan dari istri-istri nabi Muhammad yang lain.

Menurut saya… tidak ada yang salah dengan apapun pilihan yang kita pilih, asalkan kita siap akan konnsekuensi di dunia dan di akhirat. Menikah atau tidak menikah. Punya anak banyak, punya anak dikit atau tidak punya anak. Tidak ada pilihan yang mutlak lebih baik.

Nabi Luth

Nabi Luth adalah anak dari saudara laki-laki dari Nabi Ibrahim. Nabi Luth berpisah jalan dari Nabi Ibrahim selepas dari Mesir dan menuju ke sebuah wilayah bernama Ghazagar, Kota Sodom. Kota itu dihuni oleh orang-orang paling jahat dan paling kafir. Bahkan mereka melakukan suatu kejahatan baru yang belum pernah dilakukan oleh kaum sebelum mereka berupa hubungan seks sesama jenis (homoseksual). Ketika Nabi Luth memperingatkan kaumnya untuk tidak melakukan kekejian itu, mereka malah hendak mengusir Nabi Luth dan para pengikutnya (Al-Naml : 56). Malaikat memerintah Nabi Luth, keluarganya dan para pengikutnya, kecuali istri dari Nabi Luth untuk meninggalkan wilayah tersebut sebelum subuh. Karena azab akan turun atas mereka ketika waktu subuh (Al-Hijr : 51-77; Al-Ankabut : 28-35).

Malaikat yang datang kepada Nabi Luth setelah memberi kabar kepada Nabi Ibrahim akan kelahiran Nabi Ishaq. Putri-putri dari Nabi Luth yang mendapati para malaikat itu di pintu masuk kota mereka hendak menemui Nabi Luth. Nabi Luth pun khawatir kaumnya akan berbuat tidak senonoh kepada para malaikat yang  berada dalam wujud manusia yang tampan (Hud : 77). Karena mereka tidak segan-segan melakukan hal yang tidak senonoh kepada orang asing yang datang ke kampung mereka. Ketika mereka mengetahui rumah Nabi Luth kedatangan tamu yang tampan, kaumnya pun pergi mendatangi rumah Nabi Luth. Nabi Luth berusaha sekuat tenaga untuk menolak kehadiran kaumnya di rumahnya (Hud :80).

Para malaikat memerintahkah keluarga Nabi Luth kecuali istrinya beserta para pengikutnya untuk meninggalkan daerah itu sebelum subuh. Mereka pun tidak diperbolehkan untuk melihat ke belakang ketika azab diturunkan kepada kaumnya. Kaum Nabi Luth diberikan azab berubah hujan batu dan tanah yang terbakar (Hud 82-83). Wilayah yang tersebut kini menjadi wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan karena sistem ekologisnya telah hancur berantakan.

Nabi Ibrahim

Profil Nabi Ibrahim

Nama Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Ibu Nabi Ibrahim bernama Amilah. Ada pula yang mengatakan ibu Nabi Ibrahim bernama Buna binti Karbita bin Kartsi yang merupakan salah seorang dari Bani Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Tarikh berumur 75 tahun ketika Nabi Ibrahim, Nahur dan Haran lahir. Haran memiliki anak yaitu Nabi Luth. Berdasarkan Al-qur’an dan Al-Hadist nama ayah Nabi Ibrahim adalah Azar. Antara Tarikh dan Azar adalah nama asli dan gelar, namun keduanya merujuk pada individu yang sama.

Tanah kelahiran Nabi Ibrahim ada wilayah Kaldaniyyun, Babilonia. Ibrahim dilahirkan di Gauthah, Damaskus, di desa bernama Barzah yang terletak di gunung Qasiyun (terletak di Damaskus). Namun, menurut Ibnu Abbas, Nabi Ibrahim lahir di Babilonia.

Dakwah Nabi Ibrahim kepada Ayahnya

Orang yang pertama didakwahi oleh Nabi Ibrahim adalah ayahnya. Beliau beragumen bahwa berhala-berhala itu tidaklah mendengarkan doa-doa manusia. Maka tidaklah berguna melakukan penyembahan kepada berhala. Tapi lalu sang ayah mengancam akan menghukum Nabi Ibrahim bila dia terus dilarang menyembah berhala. Ayahnya pun meminta untuk ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Ibrahim pun meninggalkan ayahnya walau terus mendoakan beliau keselamatan. Beliau juga meminta ampunan Allah atas ayahnya (Maryam 41-48). Namun setelah terkonfirmasi ayah beliau adalah musuh Allah, beliau pun berlepas diri dari ayahnya (At-Taubah : 114).

Dakwah Nabi Ibrahim kepada Penyembah Berhala

Bangsa Babilonia sendiri merupakan penyembah berhala patung. Nabi Ibrahim mengkritisi perilaku kaumnya yang melakukan penyembahan berhala padahal berhala-berhala mereka itu tidaklah memiliki daya upaya (Al-Anbiya : 52-53). Nabi Ibrahim juga mengatakan bahwa berhala yang disembah kaumnya itu tidak dapat mendengar apa yang mereka katakan (Asy-Syuara : 72-74). Mereka sebenarnya menerima fakta-fakta logis yang diajukan oleh Nabi Ibrahim. Namun, mereka menjawab bahwa penyembahan terhadap berhala adalah tradisi dari nenek moyang mereka (Asy-Syuara : 75-77). Maka dari itu, Nabi Ibrahim berlepas diri dari penhyembahan kaumnya akan berhala-berhala tersebut. Kalau memang berhala-berhala tersebut berdaya upaya, maka akan datanglah mudharat kepada Nabi Ibrahim.

Mereka bertanya apakah penentangan Nabi Ibrahim terhadap penyembahan berhala adalah sesuatu yang serius. Lalu Nabi Ibrahim mengatakan bahwa yang dikatakannya adalah kebenaran yang hakiki. Selain itu Nabi Ibrahim pun bersumpah akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya (Al-Anbiya : 55-57). Ketika kaumnya sedang merayakan hari raya tahunan, ayah Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ibrahim pergi ke kota untuk turut melakukan perayaan. Namun, Nabi Ibrahim menolak dengan alasan bahwa Nabi Ibrahim merasa sakit (Ash-Shaffat : 88-89). Nabi Ibrahim menggunakan alasan tersebut agar dapat menghinakan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya.

Ketika kaumnya sedang berkumpul di kota, Nabi Ibrahim pun datang ke tempat penyembahan berhala kaumnya. Nabi Ibrahim lalu bertanya kepada para berhala mengapa mereka tidak memakan persembahan yang telah dipersembahkan oleh kaumnya. Nabi Ibrahim juga memukul berhala-berhala tersebut (Ash-Shaffat : 91-93). Lalu berhala-berhala itu hancur berkeping-keping kecuali 1 patung yang paling besar agar kaumnya bisa bertanya pada berhala terbesar tersebut. Setelah kaumnya mengetahui, kaumnya bertanya siapakah yang telah menghacurkan tuhan-tuhan mereka. Padahal sepantasnya kalau memang berhala-berhala tersebut adalah Tuhan, maka mereka seharusnya dapat melakukan sesuatu agar mereka tidak dihancurkan.  Lalu mereka pun langsung menuduh Nabi Ibrahim yang melakukannya, karena Nabi Ibrahim pernah mencela berhala-berhala tersebut. Lalu Nabi Ibrahim dipanggil ke tempat terbuka agar dapat dilakukan penghakiman terhadap dirinya di depan masyarakat umum (Al-Anbiya : 58-61).

Ketika ditanyakan kepada Nabi Ibrahim apakah dia yang telah menghancurkan berhala-berhala mereka. Nabi Ibrahim mengatakan bahwa berhala terbesar yang tersisalah yang melakukannya. Kaumnya diperintahkan untuk bertanya pada berhala tersebut. Nabi Ibrahim ingin menyadarkan kaumnya bahwa berhala tersebut hanyalah benda mati yang tidak dapat berbicara bahkan tidak dapat melakukan apapun. Mereka pun malu akan keburukan yang dimiliki oleh berhala mereka. Mereka mengakui bahwa berhala-berhala mereka tidak dapat berbicara. Nabi Ibrahim pun mempertanyakan perilaku kaumnya menyembah berhala (Al-Anbiya : 62-67).  

Kaumnya bergegas mendatangi Ibrahim. Nabi Ibrahim mempertanyakan mengapa kaumnya menyembah berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Padahal Allah yang telah menciptakan mereka dan apa-apa yang mereka buat. Karena argumentasi mereka kalah dengan argumentasi Nabi Ibrahim, mereka pun mendirikan bangunan untuk membakar Ibrahim. Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api yang membara (Ash-Shaffat : 94-98). Lalu Allah menjadikan api yang membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin (Al-Anbiya : 68-70).

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja yang Mengaku sebagai tuhan

Raja yang berkuasa di masa Nabi Ibrahim bernama Namrud. Nabi Ibrahim mengatakan padanya bahwa Tuhan Nabi Ibrahim dapat menghidupkan dan mematikan. Maksudnya adalah Tuhan Nabi Ibrahim dapat memberikan kehidupan kepada sesuatu yang mati atau tidak ada. Namun, yang ditangkap oleh Namrud adalah berkuasa menentukan mana yang hidup dan mana yang mati. Maka dia membawa dua orang, yang satu dibiarkan hidup, yang satu diberinya hukuman mati. Lalu Nabi Ibrahim mengatakan bahwa Tuhan Nabi Ibrahim dapat menerbitkan matahari di timur dan menenggelamkannya di barat (Al-Baqarah :  258). Maksudnya adalah Allah menundukan benda-benda langit tersebut untuk bergerak sesuai aturan. Kemudian Namrud tidak dapat membalas argumen Nabi Ibrahim.

Raja Namrud meninggal setelah dikirimkan malaikat kepadanya agar dia beriman. Namun dia menolak dan malah membentuk bala tentara. Bala tentara tersebut kalah dengan sekelompok lalat. Lalat-lalat tersebut memakan daging dan darah Raja Namrud hingga hanya bersisa tulang belulang. Namun, Raja Namrud tidak mati. Lalat pun masuk ke dalam tubuhnya hingga dia selalu memukul kepalanya dengan besi sampai akhirnya dia binasa.

Migrasi Nabi Ibrahim dari Babilonia ke Baitul Maqdis

Nabi Ibrahim meninggalkan kaumnya atas perintah Allah bersama istrinya Sarah serta seorang keponakannya, Nabi Luth. Target hijrah Nabi Ibrahim adalah Syam. Sebelum sampai ke Syam, Nabi Ibrahim melewati Mesir dan disana berkuasa raja yang menginginkan semua istri orang. Maka disana Nabi Ibrahim berbohong dan mengatakan bahwa Sarah adalah saudara perempuannya. Setelah itu, Nabi Ibrahim diberikan pelayan bernama Hajar (HR. Ahmad). Nabi Ibrahim meninggalkan Mesir dengan membawa berbagai harta benda dan hewan ternak menuju Baitul Maqdis. Nabi Luth membawa sedikit atas ijin Nabi Ibrahim ke wilayah bernama Ghaur Zaghar yang ibukotanya terletak di Kota Sodom. Nabi Ibrahim, Sarah dan Hajar tinggal di daerah Baitul Maqdis, Negeri Syam yang terletak di Jazirah Arab. Saat itu penduduk setempatnya menyembah 7 bintang serta benda-benda langit lainnya.

Dakwah Nabi Ibrahim kepada Penyembah Benda Langit

Nabi Ibrahim pun mendakwahi kaumnya yang merupakan bangsa Kan’an yang menyembah benda-benda langit. Bintang-bintang serta benda langit lainnya tidaklah layah disembah sebagai Tuhan. Benda-benda tersebut adalah benda-benda yang diciptakan, diatur dan ditundukan untuk melakukan fungsinya di alam semesta. Tuhanlah yang menciptakannya. Benda-benda itu dapat hilang, pergi dan hancur, lenyap dari alam ini. Akan tetapi Tuhan tidak dapat menghilang walau sekejap (Al-An’am : 78-83, Fushshilat : 37).

Baitul ‘Atiq / Baitullah dan Doa Nabi Ibrahim

Rumah ibadah yang pertama kali dibangun adalah Baitullah di Mekah (Ali Imran : 96-97). Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk membangun tempat beribadah untuk thawaf, itikaf, ruku dan sujud bagi umat manusia (Al-Baqarah : 124-129).

Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar dia dan keturunannya menjadi orang-orang yang patuh pada Allah (Al-Baqarah : 128). Beliau mendoakan tanah dimana telah didirikan Baitullah menjadi tanah yang diberkahi Allah. Dan Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan menjadikan tanah tersebut amat dari rampok-merampok (Al-Ankabut : 67). Daerah yang tandus tersebut pun mampu mendatangkan segala macam tumbuh-tumbuhan dari berbagai daerah sekitarnya sebagai rezeki dari Allah (Al-Qashah : 57). Selain itu, Nabi Ibrahim pun berdoa agar kaum tersebut dianugerahi seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Dan diutuslah Nabi Muhammad sebagai seorang Rasul yang berasal dari bangsa Arab.

Keistimewaan Nabi Ibrahim

Allah menunjukan kepada Nabi Ibrahim bagaimana Dia menghidupkan orang yang telah mati melalui burung. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mencincang 4 ekor burung dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memanggil burung-burung tersebut. Maka burung-burung yang telah dicincang tersebut pun menghampiri Nabi Ibrahim (Al-Baqarah : 260).

Allah menganugerahkan Nabi  Ibrahim dan keturunannya kenabian dan kitab suci (Al-Ankabut : 27, Al-An’am 84-87, Al-Hadid : 26). Allah menolak klaim yahudi maupun nasrani bahwa Nabi Ibrahim adalah bagian dari mereka, karena taurat dan injil diturunkan setelah Nabi Ibrahim wafat (Ali Imran : 65-68). Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Allah dan mengerjakan kebaikan serta mengikuti agama yang lurus sehingga Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kesayanganNya (An-Nisa : 125).

Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang bergelar Ulul Azmi. Gelar tersebut diberikan kepada Nabi-nabi dengan keteguhan hati yang kuat (Al-Ahzab : 7; Asy-syu’ra : 13). Allah pun memuji Nabi Ibrahim sebagai seseorang yang selalu menyempurnakan janji (An-Najm : 37). Serta selalu menunaikan perintah dan larangan Allah (Al-Baqarah 124).

Wafatnya Nabi Ibrahim

Sarah meninggal terlebih dahulu dari pada Nabi Ibrahim pada usia 127 tahun di Hebron yang terletak di wilayah negeri Kan’an. Setelah Sarah meninggal dunia, Nabi Ibrahim menikah dengan perempuan lain dan juga mempunyai anak dari mereka. Nabi Ibrahim wafat pada saat beliau berumur 175 tahun. Namun, ada pula yang mengatakan beliau wafat di usia 190 tahun dan 200 tahun. Beliau dimakamkan di sebelah makan Sarah.Di wilayah yang sama juga terdapat makam Nabi Ishaq (anak Nabi Ibrahim) dan Nabi Yaqub (cucu Nabi Ibrahim). Makam keempatnya dibangun oleh Nabi Sulaiman bin Daud.

Dajjal

Dajjal, secara bahasa artinya pendosa besar. Secara istilah, Dajjal adalah seorang manusia keturunan Nabi Adam yang di akhir zaman akan dijadikan Allah sebagai fitnah terbesar dalam sejarah peradaban manusia.

Tidak ada fitnah sejak penciptaan Adam sampai hari kiamat yang lebih besar dari pada fitnah Dajjal (HR. Muslim). Sebelum Dajjal muncul, bumi dalam keadaan kemarau yang sangat panjang, manusia sangat membutuhkan air dan makanan. Dajjal muncul dan mengaku sebagai Tuhan. Allah memberinya kemampuan menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman. Dia membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka sehingga orang-orang yang tidak mengenal Allah (orang-orang kafir, musyrik dan munafik) akan mengikutinya, diantaranya 70.000 orang yahudi asbahan (HR. Muslim). Asbahan adalah nama daerah.

Orang-orang yang menyangka dirinya beriman, bisa juga terperdaya dengan apa-apa yang ada pada Dajjal (HR. Abu Dawud). Sesungguhnya aku akan memperingatkan kepada kalian tentang Dajjal. Tidaklah seorang nabi kecuali dia telah memperingatkan kaumnya dari Dajjal. Demikian pula Nabi Nuh AS (HR. Bukhari).

Dajjal sekarang ada di sebuah pulau. Seorang sahabat Rasulullah yang bernama Tamim Ad-Dari’, saat dia masih beragama nasrani, pernah terdampar di pulau tersebut. Mereka melihat Dajjal dalam keadaan terikat kuat, bahkan terjadi dialog diantara mereka dengan Dajjal. Kemudian dia melaporkan dialognya kepada Rasulullah ketika telah masuk islam. Hal tersebut dibenarkan oleh Rasulullah. (HR. Muslim).

Rasulullah telah menyebutkan ciri-ciri Dajjal : Gemuk badannya, kulitnya merah, rambutnya keriting, mata kanannya buta, mata kirinya seperti anggur, dan tertulis diantara kedua matanya : kaf, fa, ra (Kafiir). Semua orang yang beriman bisa dibaca bahkan yang buta huruf sekalipun. Hal ini terdapat dalam riwayat hadist Bukhari dan Muslim.

Dajjal tidak memiliki anak. Orang yang mengenal Allah akan tahu bahwa Dajjal bukanlah Tuhan. Tuhan tidak terlihat di dunia, tidak buta sebelah dan bahwa semua kemampuan yang dimiliki Dajjal adalah atas ijin Allah untuk menguji keimanan kaum muslimin. (HR. Muslim).

Rasulullah bersabda, “Apabila samar bagi kalian, Tuhan kalian, maka ketahuilah Tuhan kalian itu tidak buta sebelah matanya dan sesungguhnya kalian tidak akan melihat Tuhan kalian sebelum kalian meninggal dunia” (HR. Ahmad, Abu Dawud; Shahih Syekh Albani).

Dajjal akan dibumi selama 40 hari. 1 hari pertama seperti 1 tahun. 1 hari kedua seperti 1 bulan. 1 hari ketiga seperti 1 minggu. Hari-hari selanjutnya seperti hari biasa. Dajjal akan hidup di dunia seakan-akan selama 1 tahun 2,5 bulan.

Muslim harus bisa menghindar dari fitnah dajjal dengan :
1.mengenal Allah dengan nama dan sifatnya. Orang yang mengikuti Dajjal adalah orang yang tidak mengenal Allah.
2.menaati Rasulullah. karena ketika Tamim Ad-Dari’ mengabarkan bahwa nabi Muhammad telah muncul, menang dan ditaati, maka Dajjal berkata, “Ketahuilah bahwa menaati Rasulullah lebih baik bagi mereka.”
3.membaca doa ketetapan hati.
4.membaca doa yang diajarkan nabi sebelum salam. Dahulu anak akan disuruh mengulang shalatnya jika lupa membaca doa ini.
5.berusaha menjauh dari Dajjal, jika mendengar kabar tentang kedatangannya. Dajjal memiliki syubhat/kerancuan yang bisa menggoyangkan iman seseorang.
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mendengar tentang Dajjal, hendaklah menjauh darinya. Demi Allah, sesungguhnya seseorang mendatangi Dajjal dan menyangka dia beriman ternyata kemudian dia mengikuti Dajjal karena melihat syubhat yang dimiliki Dajjal” (HR. Abu Dawud; Shahih).
Manusia akan pergi ke gunung-gunung untuk menghindari Dajjal (HR. Muslim)
6.pergi ke tanah haram (Mekah dan Madinah) karena Dajjal tidak akan mampu untuk memasuki tanah haram (HR. Bukhari Muslim).
7.Terpaksa bertemu Dajjal, maka bersabarlah dan tetaplah berada di atas kebenaran serta tidak menaati Dajjal dan hendaklah menbaca QS. Al-Kahfi 1-10.
Barang siapa diantara kalian menemui Dajjal, maka hendaklah membaca awal dari surat Al-Kahfi (HR. Muslim). Barang siapa yang menghafal 10 ayat awal surat Al-Kahfi maka dia akan terjaga dari Dajjal. (HR. Muslim)
8.Apabila melihat Dajjal membawa dua sungai, sungai dari api dan sungai dari air.
Maka, Rasulullah memberi petujuk pada kita untuk memejamkan mata, menundukan kepala dan meminum dari sungai api, karena sesungguhnya itu adalah air yang dingin (HR. Muslim). Dajjal muncul di masa Imam Mahdi sebelum turunnya nabi Isa dan akan dibunuh oleh nabi Isa. Kewajiban Muslim adalah beriman akan munculnya Dajjal sebagaimana dikabarkan. Rasulullah dalam hadist yang shahih. Dajjal bukan khayalan atau simbol kerusakan semata.

Nabi Shaleh

Nabi Shaleh dan Kaum Tsamud

Nabi Shaleh adalah Nabi yang diturunkan kepada Kaum Tsamud. Kaum Tsamud adalah bangsa Arab yang terlahir setelah kaum ‘Ad. Allah menjadikan kaum Tsamud khalifah setelah kaum ‘Ad agar kaum Tsamud tidak mengulangi apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Namun, kaum Tsamud mengulangi kesalahan yang diperbuat kaum ‘Ad, yaitu menyembah berhala.

Nabi Shaleh menasehati kaumnya bahwa mereka telah dikaruniakan Allah tinggal di negeri dengan sumber daya alam yang melimpah. Mereka juga telah memahat gunung untuk dijadikan tempat tinggal (semacam gua). Maka janganlah melewati batas (Asy-Syu’ara : 146-152). Lalu Nabi Shaleh memerintahkan kaumnya untuk hanya menyembah Allah. Karena Allah lah yang telah menciptakan manusia dan memberikan kemakmuran kepada manusia. Nabi Shaleh pun memerintahkan kaumnya untuk memohon ampun dan bertaubat atas menyembah berhala yang mereka lakukan (Hud : 61). Tapi kemudian kaumnya menjawab bahwa Nabi Shaleh tidak sempurna akalnya karena melarang mereka melakukan hal yang telah dilakukan nenek moyang mereka, yaitu menyembah berhala (Hud : 62). Padahal Nabi Shaleh memberi tahu mereka dengan lemah lembut dan mengajak berpikir, bukan dengan penghakiman, ancaman atau pun kutukan (Hud : 63).   

Namun Kaum Tsamud mengatakan bahwa Nabi Shaleh telah terkena sihir (Asy-Syu’ara : 153). Kaumnya juga mengatakan bahwa Nabi Shaleh hanyalah salah satu diantara mereka. Sehingga mereka meminta mukjizat yang akan melegitimasi Nabi Shaleh untuk menyampaikan dakwahnya (Asy-Syu’ara : 154). Kaumnya meminta unta betina yang dapat bermanfaat bagi mereka. Nabi Shaleh pun dikaruniai mukjizat seekor unta betina yang kaumnya bergilir untuk mendapatkan manfaat daripada unta tersebut. Lalu Nabi Shaleh memerintahkan agar tidak menggangu unta betina tersebut (Asy-Syu’ara ; 155-156; Al-A’raf : 73). Namun, kemudian unta tersebut dianiaya oleh mereka (Al-Isra’ : 59).

Penyembelihan unta betina tersebut diawali dari konspirasi orang-orang kafir yang hendak menguasai sumur yang biasa diminum airnya oleh unta tersebut. 9 orang yang berkonspirasi merencanakan pembunuhan unta tersebut (An-Naml : 48). Mereka memanggil teman-temannya untuk menangkap unta tersebut lalu membunuhnya (Al-Qamar 29-30). Mereka menyembelih unta yang Nabi Shaleh perintahkan untuk meminum air dari sumur yang hendak mereka kuasai (Asy-Syam : 12-15).

Adzab terhadap Kaum Tsamud

Lalu diturunkanlah adzab kepada kaum Tsamud. Hal ini disebabkan oleh mereka menentang Allah dan Rasul-Nya yaitu melanggar perintah untuk tidak mengganggu unta betina yang merupakan jawaban atas permintaan mereka akan mukjizat kepada Nabi Shaleh. Mereka bahkan menyembelih unta tersebut. Setelah melakukan pelanggaran tersebut, bahkan mereka juga menantang kepada Nabi Shaleh untuk didatangkan azab. Mereka juga mengingkari kebenaran risalah yang disampaikan oleh Nabi Shaleh.

Lalu Nabi Shaleh memberikan tenggang waktu 3 hari setelah pembunuhan unta betina tersebut untuk menungu datangnya adzab kepada kaumnya (Hud : 65). Tapi mereka lalu berkonspirasi untuk melakukan pembunuhan kepada Nabi Shaleh. Bahkan mereka telah menyusun alibi karena enggan bertanggunng jawab kepada ahli waris Nabi Shaleh (An-Naml : 49). Namun, sebelum mereka melaksanakan makar yang telah mereka rencanakan, Allah telah menurunkan batu kepada mereka beserta kaum kafir Tsamud yang lainnya. Itulah waktu yang telah dijanjikan Nabi Shaleh akan datangnya azab (An-Naml : 50-53). Azab yang diturunkan kepada Kaum Tsamud berupa gempa bumi dan guntur. Hal tersebut telah menewaskan seluruh kafir yang ada di Kaum Tsamud.

Setelah kaumnya yang kafir di azab, Nabi Shaleh berkata pada kaumnya yang tersisa bahwa dia telah menyampaikan nasihat kepada mereka. Namun, kaumnya tidak menyukai orang yang suka memberi nasihat. Nabi Shaleh mengatakan dia tidak memiliki kekuatan apapun untuk melakukan perlindungan kepada mereka. Dia hanya berkewajiban untuk mengatakan kebenaran (Al-A’raf : 79). Setelah kejadian tersebut, Nabi Shaleh tinggal di Tanah Haram hingga beliau meninggal.     

Nabi Hud

Profil Nabi Hud

Nama Nabi Hud adalah Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Ada yang mengatakan Nabi Hud bernama Abir. Ada pula yang mengatakan bahwa Nabi Hud adalah anak dari Abdullah bin Ribah Al-Jarud bin ‘Ad bin Aush bin Irm bin Sam bin Nuh. Hud berasal dari kabilah ‘Ad yang merupakan bangsa Arab yang tinggal di bukit-bukit pasir di Yaman yang terletak diantara Oman dan Hadramaut. Tempat tersebut menjorok ke laut dan dikenal dengan nama Asy-Syahr, dengan nama lembah mereka adalah Mughits. Kaum ‘Ad adalah penduduk Iram yang tinggal dalam bangunan dengan tiang yang tinggi dan besar (Al-Fajr : 6-8). Kaum ‘Ad bukanlah kaum yang tinggal berpindah-pindah atau no maden.

Nabi Hud adalah salah satu nabi yang diturunkan kepada bangsa Arab selain Shaleh, Syuaib dan Nabi Muhammad. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Hud adalah orang pertama yang berbahasa Arab.

Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa makan Nabi Hud ada di Yaman. Namun, ada ulama yang mengatakan makam Nabi Hud ada di Damaskus.

Kisah Kaum ‘Ad

Kaum ‘Ad adalah kaum pertama yang menyembah berhala setelah peristiwa banjir pada zaman Nabi Nuh. Nama berhala mereka adalah Shamda, Shamud dan Hira. Allah telah mengutus salah satu dari kaum mereka sendiri yaitu Nabi Hud agar menyerukan mereka untuk menyembah hanya kepada Allah dan meninggalkan para berhala yang juga mereka sembah. Tapi Nabi Hud dikatakan kurang akal dan orang yang berdusta oleh kaumnya sendiri. Nabi Hud dianggap kurang berpikiran terbuka terhadap penyembahan berhala. Karena menurut mereka, berhala-berhala itulah yang memberikan bantuan dan rezeki kepada mereka. Selain itu penyembahan berhala pun telah menjadi tradisi yang diajarkan oleh orang tua mereka. Nabi Hud dianggap telah berbohong mengenai diangkatnya beliau sebagai Rasul. Padahal Nabi Hud telah menyampaikan risalah Allah dengan penuh kejujuran, tidak pula ada penambahan serta pengurangan. Semua disampaikan dengan efektif dan efisien, tidak boleh meyulitkan dan mrmbingungkan para pendengarnya. Mereka pun menantang untuk didatangkan azab kepada mereka (Al-A’raf : 65-72).

Nabi Hud menegaskan pada kaumnya bahwa dia tidak meminta imbalan akan apa yang dikatakannya pada kaumnya. Hal ini menampik kecurigaan kaumnya bahwa Nabi Hud melakukan semua dakwahnya hanya untuk meminta imbalan. Nabi Hud hanya meminta imbalan kepada Allah yang mengutusnya sebagai Rasul. Tapi lalu kaumnya meminta bukti akan apa yang dikatakan oleh Nabi Hud (Hud : 50-60).

Apabila Nabi Hud tidak memberikan bukti kepada kaumnya. Kaumnya tidak akan meninggalkan para berhala dan tidak akan mempercayai Nabi Hud. Kaumnya menganggap Nabi Hud mengalami ketidakwarasan karena berhala-berhala mereka murka kepada Nabi Hud  (Hud 53-54).  Manusia tidak dapat menerima bahwa Allah mengutus manusia seperti mereka untuk menjadi Rasul dan menyampaikan kebenaran Allah (Yunus :2, Al-Isra’ : 94-95, Al-A’raf : 63). Mereka menuntut sesuatu yang melebihi mereka. Maka dari itulah mereka menuntut mukjizat sebagai bukti orang yang mengaku Rasul tersebut lebih dibandingkan mereka.

Lalu Nabi Hud berlepas diri dari berhala-berhala kaumnya. Nabi Hud menerangkan bahwa berhala-berhala tersebut tidak memberikan mudharat dan manfaat. Berhala-berhala tersebut hanyalah benda mati biasa dan Nabi Hud telah bertawakal kepada Allah saja (Hud : 55-56).

Nabi Hud dianggap berdusta mengenai datangnya hari akhirat dan kebangkitan kembali setelah manusia telah menjadi tulang benulang. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang mustahil. Bagi mereka hidup hanyalah hidup di dunia ini (Al-Mu’minun : 31-41). Orang kafir hanya percaya pada kehidupan di dunia saat ini dan berakhir setelah jasad masuk ke dalam kubur. Ada pula yang mempercayai reinkarnasi setiap 36.000 tahun sekali. Semua itu hanyalah bentuk kebohongan, kebodohan dan kesesatan yang nyata (Al-An’am : 113). Nabi Hud pernah mempertanyakan pada kaumnya mengenai bangunan bertingkat dan benteng yang di dirikan merupakan cara mereka agar menjadi kekal di dunia. Karena sebenarnya mereka tidak benar-benar membutuhkannya (Asy-Syu’ara : 128-129).

Dakwah Nabi Hud dianggap hanyalah perkataan orang masa lalu yang tidak berguna. Mereka yakin bahwa mereka tidak akan diazab (Asy-Syu’ara : 123-140). Lalu Nabi Hud memperingatkan kaumnya akan azab Allah yang akan datang dan Nabi Hud menunggu bersama umatnya akan kedatangan azab tersebut. Akhirnya didatangkan azab kepada mereka dan Allah menyelamatkan Nabi Hud dan orang-orang beriman yang bersamanya (Al-A’raf : 71-72).

Azab terhadap Kaum ‘Ad

Peristiwa ini diawali dengan kemarau panjang. Kemudian mereka memohon hujan kepada berhala mereka. Tampaklah sesuatu seperti awan. Mereka mengira bahwa sesuatu yang seperti awan tersebut akan menurunkan hujan ke lembah-lembah mereka yang telah kekeringan akibat kemarau panjang (Al-Ahqaf : 21-25). Tapi lalu terdengar suara guntur dan kaum ‘Ad dijadikan sebagai sampah banjir (Al-Mu’minun : 41). Ternyata justu yang mereka kira merupakan awan adalah suatu pusaran angin. Angin yang bergemuruh dan menjadikan apa yang dilaluinya menjadi serbuk (Fusilat : 15-16, Adz-Dzariyat : 41-42, Al-Qamar : 18-22). Angin tersebut merupakan angin yang sangat dingin, berhembus sangat kencang selama 7 malam 8 hari secara terus menerus (Al-Haqqah 6-8). Angin tersebut menyedot penduduk (kaum ‘Ad yang kafir) dan hewan ternak (HR. Ath-Thabrani).

Nabi Nuh

Profil Nabi Nuh

Nabi Nuh adalah keturunan nabi Adam dari Nabi Syits melalui Nabi Idris (Khanukh). Nabi Nuh lahir 126 tahun setelah nabi Adam meninggal. Ada pula yang mengatakan 146 tahun setelah nabi Adam meninggal. Namun ada hadist yang menyatakan rentang waktunya adalah 10 abad (HR. Ibnu Hibban). Abad yang dimaksud adalah berkaitan dengan kaum / generasi. Sejauh ini semua manusia masih memeluk Islam dan menyembah Allah. Hal ini bantahan informasi yang berasal dari Ahli Kitab bahwa keturunan Qabil menyembah api. Namun, berdasarkan infomasi dari Al-Qur’an yang menyatakan bahwa diantara Nabi Adam dan Nabi Nuh telah hidup beberapa kaum, maka bisa jadi rentang waktunya bisa lebih dari 1000 tahun bahkan beribu-ribu tahun karena umur manusia pada jaman itu saja bisa mencapai lebih dari 1000 tahun (Al-Furqan : 38, Maryam : 74).

Karena itulah disimpulkan Nabi Nuh diutus Allah ketika manusia menyembah berhala dan thagut (setan). Nabi Nuh diutus kepada Bani Rasib. Nabi Nuh adalah Rasul pertama yang diutus oleh Allah. Karena kaum-kaum sebelumnya memeluk Islam (HR. Bukhari). Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ketika berumur 50 tahun. Ada pula pendapat yang mengatakan umur Nabi Nuh saat itu adalah 350 tahun dan 480 tahun. Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. Nabi Nuh khawatir, jika kaumnya akan diazab Allah. Nabi Nub telah memperingatkan kaumnya. Namun, kaumnya mendustainya. Kemudian Allah menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya di dalam bahtera dari azab yang Allah takdirkan kepada orang-orang kafir (Al-A’raf : 59-64, Yunus : 71-73).

Nabi Nuh merupakan seseorang yang banyak bersyukur (Al-Isra’ :3). Nabi Nuh berpuasa setiap hari kecuali pada hari Idul Fitri dan Idul Adha (HR. Ibnu Majah).

Keadaan Kaum Nabi Nuh dan Dakwah Nabi Nuh

Penyembahan berhala dimulai pada umat Nabi Nuh (Nuh : 23). Karena kaum-kaum sebelumnya memeluk Islam dan menyembah Allah (HR. Bukhari). Mereka menjadikan orang-orang shaleh yang hidup pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh sebagai sesembahan setelah orang-orang shaleh tersebut meninggal. Nabi Nuh telah mengajak kaumnya untuk menyembah Allah (Nuh : 2-3). Tapi kaumnya mengingkari kenabian dan kerasulan Nabi Nuh. Bagi kaum yang mengingkarinya, Nabi Nuh dan pengikutnya adalah orang-orang yang lemah (Hud : 27).

Ada pula kaum yang meminta Nabi Nuh untuk menjauh dari para pengikutnya. Apabila Nabi Nuh mau melakukannya, mereka mau menjadi pengikut Nabi Nuh. Namun, Nabi Nuh menolak (Hud : 28-29). Hal ini dilakukan oleh Nabi Nuh, karena sesungguhnya yang mengetahui kebaikan setiap manusia hanyalah Allah. Ketika seseorang sudah ditakdirkan Allah beriman, maka ada kebaikan dalam dirinya. Walau pun kebaikan itu tidak terlihat dalam ilmu manusia yang terbatas (Hud : 31).

Dakwah Nabi Nuh mendapatkan perlawanan dari generasi ke generasi. Setiap anak yang baru lahir akan diperintahkan untuk tidak mempercayai dakwah Nabi Nuh oleh orang tuanya seumur hidupnya. Sehingga mereka hanya menghasilkan generasi yang buruk (Nuh : 27). Lalu kaumnya menantang azab yang telah diperingatkan oleh Nabi Nuh kepada mereka. Namun Nabi Nuh menjawab hanya Allah yang berhak menentukan kapan azab itu datang dan semua itu mudah bagiNya (Hud : 32-33). Nabi Nuh pun mengatakan dakwah yang selama ini disampaikannya tidaklah berguna bagi orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah untuk sesat (Hud : 34).

Ketika Nabi Nuh berputus asa terhadap dakwah yang dilakukannya terhadap kaumnya, Nabi Nuh mendoakan hal yang buruk untuk kaumnya. Dan Allah mengabulkannya (Ash-Shaffat : 75-76; Asy-Syu’ara : 117-118, Al-Qamar : 10, Al-Mu’minun : 26). Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera dan Allah hendak menenggelamkan orang-orang yang kafir (Hud : 37). Nabi Nuh pun berdoa kepada Allah agar memusnahkan semua orang kafir, karena apabila mereka disisakan mereka hanya akan menghasilkan generasi yang berbuat maksiat dan kafir (Nuh : 25-27).

Allah menegaskan bahwa keputusannya tidak akan berubah mengenai azab yang hendak dijatuhkanNya. Bisa jadi Nabi Nuh berubah pikiran karena membayangkan penderitaan yang akan dirasakan oleh kaumnya akibat azab yang diturunkan oleh Allah kepada kaumnya (Hud : 37). Lalu mulailah Nabi Nuh dan pengikutnya membuat bahtera, dan setiap kali pemimpin kaumnya melewatinya, mereka pun mengejek apa yang dilakukan Nabi Nuh (Hud : 38). Hal ini disebabkan karena mereka menilai bahwa apa yang dijanjikan oleh Nabi Nuh adalah sesuatu yang mustahil. Lalu Nabi Nuh menerangkan bahwa dia dan para pengikutnya pun mengejek balik sebagaimana yang dilakukan oleh mereka (Hud : 38). Maksudnya adalah mereka tidak pantas mengejek Nabi Nuh dan pengikutnya karena mereka terus-menerus berada dalam kekafiran dan keingkaran sehingga menyebabkan datangnya azab dari Allah. Selain mendapatkan azab di dunia, mereka pun akan di azab di akhirat (Hud 39).

Ketika di akhirat umat Nabi Nuh mengatakan bahwa mereka tidak pernah mendapat penyampaian risalah dari Nabi Nuh. Namun Nabi Nuh menjadikan Nabi Muhammad dan umatnya sebagai saksi bahwa dia telah menyampaikan risalah kepada umatnya (HR Bukhari, Al-Baqarah : 143). Umat Nabi Muhammad adalah saksi dari kesaksian Nabi Muhammad tentang kebenaran bahwa sesungguhnya Allah telah mengutus Nabi Nuh. Allah telah menurunkan kebenaran kepada Nabi Nuh dan memerintahkannya untuk menyampaikan kebenaran tersebut dengan sempurna. Demikianlah karaterististik setiap Rasul. Bahkan Nuh telah memperingatkan umatnya dari bahaya Dajjal (HR. Bukhari).

Bahtera Nabi Nuh

Allah pun memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera. Langkah pertama yang dilakukan adalah menanam pohon sebagai asal bahan untuk membuat bahtera. Setelah bahtera tersebut selesai dibuat, dan air sudah mulai naik, dimasukanlah binatang-binatang masing-masing sepasang (jantan dan betina) dan orang-orang yang beriman ke dalam bahtera (Hud : 40). Hanya orang beriman yang ada dalam bahtera (Asy-Syu’ara : 118). Tidak ada satu pun orang kafir yang ada di dalam bahtera (Nuh : 26). Termasuk anak dari nabi Nuh yang kafir, yaitu Yam atau Kan’an. Namun, ada pula anak dari Nabi Nuh yang kafir setelah kejadian tersebut, yaitu Abir. Allah memerintahkan orang Nabi Nuh dan orang-orang beriman yang telah selamat di dalam bahtera untuk memuji Allah karena telah menyelamatkan mereka (Al-Mu’minun : 28-29, Al-Zukhruf : 12-14).

Setelah orang-orang beriman naik ke bahtera, terjadilah hujan yang sangat deras hingga menyebabkan air bergelombang tinggi. Selain hujan, air juga terpancar dari dalam bumi (Al-Qamar : 10-13). Banjir ini menyebabkan seluruh makhluk di muka bumi ini punah kecuali yang berada di bahtera Nabi Nuh. Yam yang merupakan anak dari Nabi Nuh pun ikut tenggelam. Nabi Nuh sudah mengajak anaknya yang bernama Yam untuk beriman kepada Allah dan naik bahtera, akan tetapi dia menolak dan hendak mencari perlindungan ke atas gunung. Namun, tidak ada yang bisa lari dari azab Allah pada hari itu (Hud : 42-43). Yang menjadi penyelamat  hari itu hanyalah iman, bahkan orang tua yang seorang Nabi pun tidak dapat menyelamatkan anak kandungnya sendiri. Sementara, orang-orang yang dikatakan lemah (yang bisa diartikan tidak punya harta maupun tahta) oleh kaum Nabi Nuh, yang mengikuti Nabi Nuh, dapat selamat dari bencana tersebut.

Keturunan Nabi Nuh

Sampai pada suatu ketika Allah memerintahkan bumi untuk menyerap air karena orang kafir sudah dibinasakan. Surutlah air tersebut dan bahtera Nabi Nuh berlabuh di bukit Al-Juddi (Hud : 44). Setelah itu, mereka hidup dan beranakpinak sehingga semua setiap manusia yang ada di dunia hari ini merupakan keturunan dari Sam, Ham dan Yafit. Sam merupakan ayah dari bangsa Arab, Ham adalah ayah dari bangsa Habsyi dan Yafit adalah ayah dari bangsa Romawi (HR. Ahmad). Namun, ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Sam adalah bapak dari bangsa Arab, Persia dan Romawi, Yafit adalah bapak dari bangsa Turki, Salves dan Ya’juj Ma’juj, sedangkan Ham adalah bapak dari bangsa Qibthi, Sudan dan Barbar.

Nabi Nuh berwasiat kepada anaknya tentang 2 perintah dan 2 larangan. Dua perintah itu adalah menyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan tentang membaca subhanallah dan alhamdulillah agar diberikan rezeki. Sedangkan dua larangan adalah tentang kesombongan dan kemusyrikan (HR. Ahmad).

Nabi Nuh meninggal 350 tahun setelah peristiwa banjir. Maka berdasarkan data yang mengatakan bahwa Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul pada usia 480 tahun, maka Nabi Nuh hidup selama 1780 tahun.