Menikah dan Punya Anak

Tulisan ini akan saya dimulai dengan… SEMUA ITU PILIHAN SESEORANG yang berada di ranah privatnya. Dan seorang perempuan begitu juga seorang laki-laki punya kebebasan memilih seperti apa kehidupan pribadinya.

Kita perlu akui bahwa laki-laki lebih membutuhkan pernikahan daripada perempuan. Secara natural, laki-laki lebih perlu penyaluran kebutuhan dasarnya yang setara dengan makan dan minum. Secara kultural, laki-laki adalah pihak yang akan diurusi oleh perempuan dalam keluarga. Walau di jaman sekarang sangat banyak laki-laki yang sangat open minded untuk oke-oke aja ketika tidak diurusi, tidak minta diurusi, bahkan ikut turun tangan untuk mengurusi urusan domestik. Namun, ekspektasi masyarakat lebih membebani perempuan. Maka dari itu, perempuan yang enggan terbebani dengan semua itu memilih untuk tidak menikah. Apalagi fungsi laki-laki dalam kelurga bisa dia jalankan, dia bisa mandiri mencari uang sendiri. Padahal tujuan pernikahan bukanlah mencari penanggung hidup baru selain orang tua.

Di lain pihak, pilihan tidak menikah untuk seorang laki-laki adalah pilihan yang lebih berbahaya. Kenapa? Biasanya laki-laki yang enggan menikah adalah laki-laki yang enggan berkomitmen atau enggan bertanggung jawab. Merasa perempuan jaman sekarang banyak menuntut secara materi. Padahal kebutuhan dasarnya harus tetap tersalurkan. Jadi kemana dia menyalurkannya?

Karena perempuan yang secara pendidikan memadai biasanya bergaul dengan laki-laki yang enggan berkomitmen atau bertanggung jawab, maka terjadilah keengganan untuk menikah. Jadi solusinya apa? Hentikan pengkotakan peran-peran ini, suami harus begini, istri harus begitu. Toh, di Al-qur’an tidak ada aturannya. Bahkan di dalam sirah… jelas-jelas Aisyah dan Khadijah diriwayatkan memiliki budak dan pelayan. Yakin kedua istri Rasul itu menanggung semua beban tugas domestik? Khadijah juga diceritakan adalah seorang saudagar. Disinilah saya menyadari bahwa Nabi Muhammad adalah seorang laki-laki yang untuk ukuran jaman sekarang pun bisa dibilang SANGAT MODERN. Dia tidak kehilangan harga dirinya sebagai laki-laki meski istrinya saudagar kaya, egonya tidak terluka. Bisa jadi, Nabi Muhammad adalah seorang bapak rumah tangga ketika beristrikan Khadijah. Jadi aturan siapa itu perempuan harus mengerjakan semua urusan domestik dan laki-laki harus mencari nafkah?

Tujuan pernikahan sendiri pun bagi setiap individu yang menikah berbeda-beda. Ada yang kebutuhan akan biologisnya sedemikian tinggi sehingga ingin menikah TANPA TERLALU banyak pilih-pilih, yang penting agamanya baik. Apakah alasan itu salah? Menurut saya tidak. Itu adalah cara dia untuk melindungi dirinya sendiri. Ada yang menikah karena sudah berada diujung masa subur reproduksi. Apakah ini salah? Tentu tidak. Mungkin menurut dia, kebahagian adalah menjadi orang tua. Ada yang menikah karena merasa menemukan pasangan yang tepat. Untuk beberapa kalangan, alasan ini dianggap sebagai alasan yang paling benar. Ada yang menikah karena ingin memiliki keluarga, adanya rumah tempat dia “pulang” (biasanya terkamuplase dengan ingin beribadah). Nah, ini adalah alasan yang dianggap wajar bagi kultural Indonesia dan dianggap paling benar. Intinya… alasan menikah seseorang adalah untuk mencapai kebagaian versi dirinya.

Maka dari itu, bisa jadi… orang yang memilih untuk tidak menikah memiliki versi kebahagiannya sendiri. Bahkan ada ulama-ulama yang tidak menikah selama hidupnya karena ingin mengabdikan dirinya untuk ilmu Allah. Jadi… pada intinya… menikah dan tidak adalah pilihan privat seseorang yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Ketika kita menikah. Kita harus bertanggung jawab akan kehidupan pernikahan kita, dan ketika kita tidak menikah kita harus bertanggung jawab akan kehidupan single kita.

Bagaimana dengan memiliki anak? Keputusan untuk memiliki anak, pada sebagian besar masyarakat Indonesia, didominasi oleh keputusan laki-laki. Padahal… yang  terdampak secara fisik dan psikologis dominannya adalah perempuan. Bagaimana bentuk tubuh perempuan berubah ketika hamil dan menyusui. Bagaimana hormon menyebabkan kondisi psikologis perempuan bergejolak selama hamil dan menyusui. Bagaimana tanggung jawab tentang anak akan 75% dibebankan kepada perempuan. Belum lagi trauma masa kecil yang mungkin dimilikinya akibat pengasuhan orang tuanya. Maka dari itu, cobalah lihat keputusan seseorang untuk merasa cukup dengan pasangannya saja dengan empati pada apa akibatnya terhadap tubuh perempuan. Istri Nabi Muhammad pun yang mempunyai anak hanya Khadijah dan Mariyah al-Qibthiyah. Tidak mempunyai anak, tidak mengurangi kemuliaan dari istri-istri nabi Muhammad yang lain.

Menurut saya… tidak ada yang salah dengan apapun pilihan yang kita pilih, asalkan kita siap akan konnsekuensi di dunia dan di akhirat. Menikah atau tidak menikah. Punya anak banyak, punya anak dikit atau tidak punya anak. Tidak ada pilihan yang mutlak lebih baik.

Dajjal

Dajjal, secara bahasa artinya pendosa besar. Secara istilah, Dajjal adalah seorang manusia keturunan Nabi Adam yang di akhir zaman akan dijadikan Allah sebagai fitnah terbesar dalam sejarah peradaban manusia.

Tidak ada fitnah sejak penciptaan Adam sampai hari kiamat yang lebih besar dari pada fitnah Dajjal (HR. Muslim). Sebelum Dajjal muncul, bumi dalam keadaan kemarau yang sangat panjang, manusia sangat membutuhkan air dan makanan. Dajjal muncul dan mengaku sebagai Tuhan. Allah memberinya kemampuan menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman. Dia membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka sehingga orang-orang yang tidak mengenal Allah (orang-orang kafir, musyrik dan munafik) akan mengikutinya, diantaranya 70.000 orang yahudi asbahan (HR. Muslim). Asbahan adalah nama daerah.

Orang-orang yang menyangka dirinya beriman, bisa juga terperdaya dengan apa-apa yang ada pada Dajjal (HR. Abu Dawud). Sesungguhnya aku akan memperingatkan kepada kalian tentang Dajjal. Tidaklah seorang nabi kecuali dia telah memperingatkan kaumnya dari Dajjal. Demikian pula Nabi Nuh AS (HR. Bukhari).

Dajjal sekarang ada di sebuah pulau. Seorang sahabat Rasulullah yang bernama Tamim Ad-Dari’, saat dia masih beragama nasrani, pernah terdampar di pulau tersebut. Mereka melihat Dajjal dalam keadaan terikat kuat, bahkan terjadi dialog diantara mereka dengan Dajjal. Kemudian dia melaporkan dialognya kepada Rasulullah ketika telah masuk islam. Hal tersebut dibenarkan oleh Rasulullah. (HR. Muslim).

Rasulullah telah menyebutkan ciri-ciri Dajjal : Gemuk badannya, kulitnya merah, rambutnya keriting, mata kanannya buta, mata kirinya seperti anggur, dan tertulis diantara kedua matanya : kaf, fa, ra (Kafiir). Semua orang yang beriman bisa dibaca bahkan yang buta huruf sekalipun. Hal ini terdapat dalam riwayat hadist Bukhari dan Muslim.

Dajjal tidak memiliki anak. Orang yang mengenal Allah akan tahu bahwa Dajjal bukanlah Tuhan. Tuhan tidak terlihat di dunia, tidak buta sebelah dan bahwa semua kemampuan yang dimiliki Dajjal adalah atas ijin Allah untuk menguji keimanan kaum muslimin. (HR. Muslim).

Rasulullah bersabda, “Apabila samar bagi kalian, Tuhan kalian, maka ketahuilah Tuhan kalian itu tidak buta sebelah matanya dan sesungguhnya kalian tidak akan melihat Tuhan kalian sebelum kalian meninggal dunia” (HR. Ahmad, Abu Dawud; Shahih Syekh Albani).

Dajjal akan dibumi selama 40 hari. 1 hari pertama seperti 1 tahun. 1 hari kedua seperti 1 bulan. 1 hari ketiga seperti 1 minggu. Hari-hari selanjutnya seperti hari biasa. Dajjal akan hidup di dunia seakan-akan selama 1 tahun 2,5 bulan.

Muslim harus bisa menghindar dari fitnah dajjal dengan :
1.mengenal Allah dengan nama dan sifatnya. Orang yang mengikuti Dajjal adalah orang yang tidak mengenal Allah.
2.menaati Rasulullah. karena ketika Tamim Ad-Dari’ mengabarkan bahwa nabi Muhammad telah muncul, menang dan ditaati, maka Dajjal berkata, “Ketahuilah bahwa menaati Rasulullah lebih baik bagi mereka.”
3.membaca doa ketetapan hati.
4.membaca doa yang diajarkan nabi sebelum salam. Dahulu anak akan disuruh mengulang shalatnya jika lupa membaca doa ini.
5.berusaha menjauh dari Dajjal, jika mendengar kabar tentang kedatangannya. Dajjal memiliki syubhat/kerancuan yang bisa menggoyangkan iman seseorang.
Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mendengar tentang Dajjal, hendaklah menjauh darinya. Demi Allah, sesungguhnya seseorang mendatangi Dajjal dan menyangka dia beriman ternyata kemudian dia mengikuti Dajjal karena melihat syubhat yang dimiliki Dajjal” (HR. Abu Dawud; Shahih).
Manusia akan pergi ke gunung-gunung untuk menghindari Dajjal (HR. Muslim)
6.pergi ke tanah haram (Mekah dan Madinah) karena Dajjal tidak akan mampu untuk memasuki tanah haram (HR. Bukhari Muslim).
7.Terpaksa bertemu Dajjal, maka bersabarlah dan tetaplah berada di atas kebenaran serta tidak menaati Dajjal dan hendaklah menbaca QS. Al-Kahfi 1-10.
Barang siapa diantara kalian menemui Dajjal, maka hendaklah membaca awal dari surat Al-Kahfi (HR. Muslim). Barang siapa yang menghafal 10 ayat awal surat Al-Kahfi maka dia akan terjaga dari Dajjal. (HR. Muslim)
8.Apabila melihat Dajjal membawa dua sungai, sungai dari api dan sungai dari air.
Maka, Rasulullah memberi petujuk pada kita untuk memejamkan mata, menundukan kepala dan meminum dari sungai api, karena sesungguhnya itu adalah air yang dingin (HR. Muslim). Dajjal muncul di masa Imam Mahdi sebelum turunnya nabi Isa dan akan dibunuh oleh nabi Isa. Kewajiban Muslim adalah beriman akan munculnya Dajjal sebagaimana dikabarkan. Rasulullah dalam hadist yang shahih. Dajjal bukan khayalan atau simbol kerusakan semata.

Cantik Itu Luka

Analisis isi buku Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan yang terbit pertama kali pada tahun 2002 dapat dibagi menjadi tentang penokohan karakter itu sendiri dan juga tentang latar dari cerita. Banyak tokoh yang ada dalam alur cerita tersebut. Namun, penokohan Dewi Ayu, 4 anak-anaknya serta para lelaki yang ada dalam lingkaran mereka adalah yang paling dominan.

Dewi Ayu adalah seorang perempuan yang sadar akan pilihan yang secara rasional bisa dipilihnya dan memilih pilihannya secara sadar. Dewi Ayu memiliki empat anak, yaitu Alamanda, Adinda, Maya Dewi dan Cantik. Alamanda adalah seorang perempuan yang menyadari kalau dirinya memiliki kecantikan. Dan dia tahu bahwa kecantikannya dapat melumpuhkan laki-laki bahkan mengendalikan laki-laki. Alamanda dikemudian hari akan menikah dengan Shodanco meski sebelumnya dia adalah kekasih dari Kamared Kliwon. Shodanco adalah pria yang mengganggap perempuan tidak memiliki kuasa terhadap dirinya sendiri seperti barang yang tidak memiliki pikiran dan perasaan. Sedangkan Kamared Kliwon merupakan seorang laki-laki yang melankolis dan setia. Dia bahkan setia pada sesuatu yang sebenarnya dia tahu tidak mungkin lagi bisa dimiliki. Sebagaimana cara dia setia pada rasa cintanya kepada Alamanda dan rasa percayanya kepada koran. Dia tetap mencintai Alamanda meski sudah menjadi istri Shodanco, dia tetap menunggu koran meski semua orang sudah memberi tahunya bahwa koran tidak akan datang karena kantor redaksinya sudah diduduki oleh tentara. Kamared Kliwon pada akhirnya menikahi adik dari Alamanda yang bernama Adinda. Adinda merupakan sosok perempuan yang tulus dan setia. Dia menemani Kamared Kliwon ketika sedang terpuruk akibat kegagalan cintanya dengan Alamanda, kegagalan pergerakan komunis, serta ketika dia harus diasingkan di Pulau Buru. Bahkan dia rela dikhianati suaminya sendiri yang berselingkuh dengan kakaknya, asalkan itu membuat suaminya bahagia. Maya Dewi adalah perempuan penurut yang dikawinkan oleh ibunya pada seseorang yang menurutnya baik pada usia yang muda. Lalu tumbuh menjadi seorang istri dan ibu seperti yang diharapkan oleh lingkungan sosial pada umumnya. Maya Dewi dinikahkan oleh Dewi Ayu dengan Maman Gendeng yang saat itu adalah kekasihnya. Maman Gendeng adalah pria menakluk yang menganggap perempuan sebagai sebuah teritori yang perlu untuk ditaklukan, dikuasai dan dikendalikan. Anak ke empat Dewi Ayu, Si Cantik, dilahirkan Dewi Ayu entah dari pria hidung belang di Halimunda yang mana. Dia adalah satu-satunya anak Dewi Ayu yang buruk rupa. Ibunya berdoa agar dia buruk rupa supaya dia tidak menjadi incaran laki-laki untuk di eksploitasi. Tapi kenyataannya laki-laki tetap ada yang menginginkannya. Karena bagi lelaki, tak ada banyak berbeda antara cantik dan buruk rupa, asal dapat menjadi tempat pelampiasan.

Para Cucu dari Dewi Ayu punya ceritanya sendiri. Ada Nurul Aini yang merupakan anak dari Shodanco dan Alamanda. Nurul Aini adalah perempuan yang merasa mampu melindungi sesuatu yang diluar kuasanya. Dia pun akhirnya mati setelah frustasi dalam kesadarannya bahwa dia tidak mampu. Rengganis yang merupakan anak dari Maya Dewi dan Maman Gendeng adalah seorang perempuan yang manipulatif. Dia menjadikan kecantikannya sebagai senjata agar orang-orang jatuh ke pelukannya. Namun, pada akhirnya dia dikelabui oleh seekor anjing yang berjanji hendak menikahinya bila dia hamil. Anjing tersebut adalah sepupunya sendiri, anak dari Adinda dan Kamared Kliwon bernama Krisan. Krisan adalah seekor anjing tanpa ekor yang pengecut. Dia tidak berani mengungkapkan cintanya, tidak berani bertanggung jawab akan perbuatannya, serta tidak menepati janji yang telah diucapkan. Semua perlakuan Krisan kepada Rengganis dibalas oleh seorang lelaki bernama Kinkin. Kinkin adalah seorang laki-laki yang terobsesi terhadap Rengganis. Dia rela mengakui perbuatan yang tidak pernah dia lakukan. DIa mengaku telah memperkosa rengganis, padahal dia sangat mencintainya, dan orang yang mencintai tidak mungkin memperkosa orang yang dicintainya. Akhirnya pun dia yang membunuh Krisan demi membalaskan kematian perempuan yang sangat dicintainya, Rengganis si Cantik.

Selain itu, latar cerita dalam Cantik itu Luka juga banyak menunjukan beberapa latar sejarah. Misalnya tentang awal mula sistem pergundikan adalah karena para orang Belanda yang bekerja di Hindia Belanda ini enggan datang ke prostitusi yang telah tercemar oleh wabah sipilis. Maka para gundik ini semacam dijadikan pelacur ekslusif untuk satu orang Belanda. Jenjang karir seorang prostitut digambarkan bagaimana perjalanan Mama Kalong dalam membangun kerajaan “bisnisnya”. Awalnya dia hanya merayu para tantara yang kesepian untuk “memakai”nya, agar dia dapat memenuhi kebutuhannya. Ternyata permintaan meningkat dan dia tidak sanggup melayani, sehingga dia merekrut perempuan lain untuk melakukan pekerjaan yang sama dengannya. Sampai akhirnya dia tidak perlu melakukan “pekerjaan”nya karena dia punya banyak anak buah yang mau melakukannya dibawah pengayomannya.

Cantik itu Luka juga menyajikan bagaimana proses revolusi kemerdekaan dari kaca mata rakyat sipil jelata. Sejak jaman Belanda, pendudukan Jepang, perang gerilya antara pribumi melawan tentara KNIL hingga pergantian penguasa pribumi, di mata rakyat jelata hanyalah pergantian orang yang berkuasa. Karena perilaku mereka tidak berbeda satu sama lain. Sama-sama hanya ingin berkuasa tanpa ada pengelolaan yang menjadikan mereka memiliki taraf hidup yang lebih baik. Hal ini digambarkan dengan bagaimana asal usul Dewi Ayu pun merupakan jejak perbudakan Belanda, lalu ketika dia menjadi pelacur, baik orang Jepang, gerilyawan pribumi maupun tentara KNIL sama-sama melakukan eksploitasi terhadap tubuhya. Bahkan ketika telah merdeka, “saudara sebangsa”nya pun masih berkompetisi untuk mengeksploitasi tubuhnya. Ternyata prosesnya berbeda dalam kaca mata militer. Digambarkan bagaimana sebenarnya Indonesia tidak merdeka secara serempak pada tanggal 17 Agustus 1945. Karena masih banyaknya orang Jepang yang merasa berkuasa setelah tanggal itu. Selain itu juga digambarkan bagaimana lika-liku perjalanan terbentuknya militer Indonesia. Dari mulai berganti-ganti nama sampai bagaimana mereka (tentara PETA) melawan tentara Jepang dan tentara NICA. Sementara itu tentara KNIL lebih berpihak pada NICA.

Perilaku premanisme juga dibahas di dalam buku ini. Perilaku ini dimulai dari kecurigaan masyarakat yang membuat orang-orang tertentu tidak dapat mengembangkan potensinya. Serta akhirnya mewujudkan kecurigaan itu sendiri. Perilaku ini tidak akan berakhir. Karena ketika ada yang menaklukan seorang preman, maka orang tersebut akan menjadi preman yang baru.

Tidak hanya itu, buku ini juga menceritakan bagaimana pengaruh komunisme di akar rumpun merupakan buah dari aktivisme kader-kader komunis yang selalu bersama rakyat ketika rakyat diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa yang sedang berkuasa. Karena kedekatan para kadernya dengan rakyat, mereka sampai mampu memaksa sekolah untuk mengajarkan lagu Internationale dan memasang foto tokoh komunis sejajar dengan pahlawan nasional. Setelah terjadi G30SPKI kader-kader komunis yang ada di akar rumpun dipersiapkan untuk melawan. Namun, negara bersama tentara hendak menghabisi komunis sampai ke akar rumpun. Mengeksekusi kader-kader komunis sampai ke akar rumpun. Setelah kejadian G30SPKI banyak orang dihantui oleh komunis. Sesuatu yang sudah mati, tapi begitu memberikan ketakutan yang luar biasa bagi yang hidup. Semua kejahatan yang ada akan dikaitkan dengan komunisme.

Ibadah Fisik perlu nggak sih?

“ibadah itu jangan CUMAN fisik aja tapi hatinya juga.”

Sering denger kata-kata ini nggak sih? Kata-kata ini ada benarnya, karena memang semua tidak berakhir pada ibadah fisik. Tapi… sejauh yang saya alami dan saya temukan… Ketika saya terlepas dari ibadah fisik, sulit untuk saya berpikir melakukan ibadah hati. Saya jadi mengerti kenapa orang-orang yang perduli dengan saya (yang mungkin juga kamu alami), sering mengingatkan saya untuk melakukan ibadah fisik.

Karena itulah yang bisa terlihat. Orang lain tidak bisa melihat ibadah hati (iman) yang kita lakukan (miliki). Maka ibadah fisik menjadi sebuah indikator yang cukup efektif untuk mencerminkan bagaimana ibadah hati yang kita lakukan. Setidaknya ketika kita masih beribadah fisik, kemungkinan kita masih terpikir tentang ibadah hati menjadi lebih besar. Dan ketika bahkan ibadah fisik saja kita PILIH untuk tidak kita kerjakan, apa yang bisa diharapkan? Walau tentu TIDAK MENJADI SEBUAH KEPASTIAN bahwa orang yang memilih beribadah fisik mempunyai ibadah hati yang baik.

Tapi memang ibadah fisik maupun ibadah hati bukanlah sesuatu yang mutlak menjamin kemampuan seseorang dalam berperilaku sosial (biasanya dikenal akhlak). Seperti orang yang pintar matematika belum tentu mahir juga dalam keilmuan ekonomi. Walau ada beberapa prinsip dari dua hal itu yang mirip, tapi dua hal itu adalah sesuatu yang betul-betul berbeda. Sehingga melakukan penghakiman terhadap orang yang tidak memiliki keterampilan sosial yang mumpuni namun memilih melakukan ibadah fisik/hati yang cukup intens sama saja dengan menghakimi seseorang yang pintar  matematika tapi tidak mengerti ekonomi.

Ku Tahu Kabarmu, tapi Belum Kabar Pemikiranmu

 Semesta membuatku tahu tentang kabarmu
 Jauh
 Pantas tak terdengar di lingkaranku
  
 Adakah kamu punya pandangan menarik? 
 Mengenai perempuan
 Tapi sepertinya aku tak bisa berharap
 Karena kamu tak begitu mengerti tentang patriakisme
 Karena kamu mungkin menikmati nilai patriarki bagi dirimu
 Suka rela bertanggung jawab atas tuntutan kewajiban patriarkimu
  
 Kamu tidak akan merasa ada hal buruk dari hal itu
 Kamu tidak akan pernah mengerti
 Tidak akan mau berusaha
 Urusanmu banyak
 Termasuk memenuhi tuntutan kewajiban patriarkimu
  
 Aku tahu kabarmu
 Tapi belum tentang kabar pemikiranmu 

Patriarki Kebablasan

Klausa pertama pasti sangat tidak asing dalam telinga kita. Tapi klausa yang kedua, mungkin yang mengatakannya akan dapat telunjuk sebagai bagian dari pembela penyuka sejenis atau perempuan-perempuan pemarah yang pernah menjadi korban laki-laki. Tanpa  tahu apa yang menjadi substansi dari pembahasannya.

Patriarki pada umumnya merupakan suatu konstruk sosial yang memberikan hak-hak khusus bagi laki-laki. Sebagai contohnya, laki-laki yang berusia diatas 21 tahun sudah bisa memisahkan diri dalam kartu keluarga yang berbeda dengan orang tuanya dan menjadi kepala keluarga bagi dirinya sendiri. Sedangkan seorang perempuan hanya bisa menjadi kepala keluarga ketika dia menjadi janda dengan anak dalam perwaliannya. Itu adalah contoh patriarki yang paling nyata dalam hukum legal Indonesia. Hanya saja menurut saya ini tidak kebablasan. Ini masih dalam batas normal. Kecuali bagi feminist yang radikal. Saya sendiri berada dalam posisi melihat patriarki sebagai sebuah kenyataan konstruksi sosial, bukan kesalahan konstruksi sosial. Kenyataan itu harus dihadapi, kesalahan itu perlu diubah secara radikal.

Belakangan ini ada sebuah cerita beredar tentang laki-laki yang enggan membiayai istrinya. Dia berpendapat bahwa istrinya tidak bisa mengatur uang. Dia hanya memberikan uang belanja 1,2 juta dalam sebulan dari 6,5 juta uangnya. 1,2 saja tidak bisa diatur apalagi 6,5, begitu argumennya. Dari cara laki-laki itu bercerita terkesan sangat merendahkan perempuan. Argumennya tentang 1,2 saja tidak  bisa diatur, sangat egois. Emang yang sisa dari 6,5 juta itu dia atur buat apa? Rokok??? Hobi suami??? Sisa dari 6,5 juta nggak jelas kemana nguapnya bisa bilang istri nggak bisa ngatur uang 1,2 juta??? Sayangnya pasti yang marah sama cerita gini cuman netijen emak2. Laki-laki akan berpendapat ya terserah laki-laki lah kan uangnya laki-laki yang cari. Agama pun seakan tidak ada sikap tegas terhadap kasus2 egoisme laki-laki semacam ini. Disinilah patriarki menjadi berlebihan.

Seandainya saja yang suami hanya bergaji 1,5-2 juta netijen emak2 tidak akan mencak2. Seandainya saja sang suami bisa jelaskan sisa dari 6,5 juta dipakai apa saja olehnya mungkin netijen emak2 akan lebih terima. Karena tidak dijelaskan jadilah banyak imajinasi yang terjadi di kepala emak2 tentang kemana uang sisa itu berlabuh. Ceritanya hanya menonjolkan laki-laki yang secara egois membicarakan istrinya yang minta tambahan uang belanja yang masih wajar-wajar saja dalam skala pendapatannya. Kalau mau berpikir sedikit konspiratif, mungkin juga ini propaganda dari kaum feminist radikal.

Kalau saya pribadi mendambakan hubungan suami-istri yang setara dalam komunikasi. Ketika berkomunikasi, istri tidak boleh merasa menguasai suami dan suami juga tidak boleh merasa istri adalah makhluk dibawahnya. Keduanya juga tidak boleh merasa inferior dihadapan yang satunya. Tidak akan terjalin rumah tangga yang bahagia kalau ini tidak terjadi. Hal kedua yang harus diperhatikan adalah sebagai istri yang mempunyai suami dengan karakter yang superior seperti itu, memang harus pintar-pintar dan sedikit manipulatif mengakali tipe-tipe suami seperti ini. Seperti  misalnya, minta dia yang belanja sendiri sesekali atau minta temani dia belanja lalu dia yang bayar. Ini bisa dilakukan sesekali di saat hari libur. Bisa juga sambil disisipkan, ”Wah, ternyata mahal-mahal ya mas/pak/a/kang/Pa…”. Atau kitalah yang paling tahu pasangan kita seperti apa dan bagaimana cara menghadapinya. Karena itulah menjadi perempuan itu harus SEPINTAR ITU. Untuk meningkatkan harkat dan laki-laki juga. Bukan untuk menjadi saingan bagi laki-laki.

Menjadi perempuan itu memang sesulit itu, maka surganya pun sebanyak itu pintunya…

Nasioanalisme dan Kompetitif

Saya termasuk penonton olahraga yang cukup intens, dibandingkan suami saya (hahahah). Saya kenal David Villa-Fernando Torres, dia tidak. Saya kenal Jorge Lorenzo-Dani Pedrosa, dia tidak. Saya tahu Lin Dan dan Lee Chong Wei serta fenomenanya, dia bahkan tidak tahu siapa Rexy Mainaky dan Ricky Subagja. Maka bisa ditebak dia juga tidak tahu Candra Wijaya, Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, Tantowi Ahmad, Lilyana Natsir dan lain sebagainya. Sekarang pun, dia juga tidak peduli dengan siapa itu Jonathan Christie dan Kevin Sanjaya apalagi pasangannya Marcus Gideon.

Tapi memang semua itu tidak begitu menarik bagi saya selama 6-8 tahun belakangan. Entah mengapa. Bahkan di world cup kemarin saya masih nyari Xavi Hernandes, terus juga saya nggak ngeh kalo Jorge Lorenzo pindah ke Ducati. Haha.

Setelah saya pikir, kenapa ya saya suka jadi penonton olahraga. Saya menemukan jawabannya. Itu karena Eyang Putra (Bapaknya ibu saya) yang suka nonton semua itu. Mulai dari bulu tangkis, sepak bola sampe moto gp. Hanya satu hal yang tidak disukai oleh saya dari kesukaan eyang putra, adalah Tinju. Mungkin masih banyak lagi. Saya sudah lupa, toh sudah 10 tahun yang lalu eyang putra saya itu dipanggil Allah.

Saya bukanlah orang yang nasionalis. Sebagaimana sikap orang yang tidak relijius kepada agama, begitulah sikap saya terhadap negara. Skeptis. Setelah saya berpikir lagi, kapan saya merasakan rasa nasionalisme terbesar? Maka saya bisa dengan yakin menjawab, 1. Ketika berada di luar negeri, 2. Ketika menonton pertandingan olahraga yang biasanya adalah Bulutangkis (karena kayaknya cuman ini olahraga dimana Indonesia diperhitungkan di tingkat internasional). Jadi…. kalau seandainya saya tidak pernah keluar negeri dan tidak pernah nonton bulutangkis, mungkin, saya tidak akan tahu bagaimana perasaan cinta terhadap tanah air, Indonesia.

Selain itu, ibu saya pernah bicara bahwa saya orang yang kompetitif tapi… (tidak boleh membuka aib sendiri :p). Setelah saya telah lebih jauh apa yang berbeda dari saya dan orang-orang sekitar saya yang kurang tertarik menonton pertadingan olahraga. Saya lebih kompetitif.

Mungkin, kalau Eyang Putra tidak pernah membuat saya suka menonton pertandingan olahraga, saya tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi kompetitif dan nasionalis. Tanpa sadar saya sedikit menangis ketika membuat tulisan ini. Tiba-tiba kangen Eyang Putra…

Ketika Dilan menjadi Minke

Saya tahu tulisan ini telat. Ya, saya selalu telat. Haha. Tapi lebih baik daripada tidak. Tentang sebuah buku yang sudah lama dikabarkan menjadi film. Tapi nggak jadi-jadi, karena sekompleks itu isinya.

Bumi Manusia adalah sebuah buku yang banyak menjadi batu loncatan pemikiran seseorang. Saya membaca ke-4  buku tetraloginya. Sebenarnya buku ini menjadi sekompleks itu ketika kamu membaca ke-4nya. Emang seepik itu. Ada yang lebay, menganggungkan bak kitab suci. But, kalau Bumi Manusia secara mandiri sebenarnya tidak sekompleks itu. Pemikiran-pemikiran yang rumit sebenarnya ada di buku Anak Semua Bangsa juga Jejak Langkah, karena Rumah Kaca hanya kaca mata lain saja mengenai dua buku sebelumnya. Dan kalau disederhanakan menjadi kisah cinta pun sebenarnya inti cerita BUMI MANUSIA tidak hilang. Dari kisah cinta Minke dan Annelise serta Nyai Ontosoroh dapat menggambarkan sosial-budaya-politik saat itu. Konflik sosial-budaya-politiknya tetap akan terasa, walau fokusnya hanya kisah cinta Minke-Annelise. Dengan catatan, penulis naskah dan sutradaranya mampu.

Saya mungkin sangat bodoh tentang sejarah, dan tidak punya bayangan tentang apa itu kolonialisme. Sebelum membaca Bumi Manusia, yang saya bayangkan tentang penjajahan adalah apa yang terjadi di Palestina hari ini. Serangan militer. Tapi, Bumi Manusia membuka mata saya. Saya mengerti bahwa yang terjadi saat itu, bukanlah hanya karena Belanda yang jahat, tapi karena bangsa sendiri yang bahkan lebih jahat dari Belanda. Belanda hanya mengambil keuntungan dari keadaan yang sudah buruk. So, ketika ada yang bilang, “Tiongkok lebih mengerikan daripada… (honestly, lupa bandingannya negara mana)” saya bisa berkata bahwa bangsa kita sendiri lebih mengerikan. Hanya kamu tidak sadar karena paham primordialis yang sudah mandarah daging dalam pemikiranmu.

 

About the actor.

OK, Dilan yang jadi Minke. Reaksi pertama saya adalah… “What the???”. Actually, imajinasi saya sudah terpuaskan dengan pasangan teaternya, Reza Rahadian dan Chelsea Islan. Minke is Reza. Buat saya itu sudah pas banget. Apalagi melihat keberhasilan Reza memerankan Cokroaminoto. It will be great, if Reza be Minke.

Tapi… bosen nggak sih sama komposisi Hanung + Reza? Haha. dan pasti jadinya interpretasi karakternya jadi mirip2 ame Cokroaminoto deh nanti. Lagipula kedarahmudaannya nggak dapet. Ketuaan. Lagi pula, Reza sebenarnya adalah sosok yang “settle”. See when he be Remi (Perahu Kertas) and dr. Syarief (Surga yang tak dirindukan 2). Dua-duanya film komersil yang sutradaranya Hanung. Agak aneh kelau tiba-tiba Reza dapet peran galau-galau remaja. Minke adalah karakter remaja yang galau. Galau remaja jaman dahulu tentu beda dengan galaunya kids jaman now. Standar dewasanya beda karena tuntutan jaman yang juga berbeda. Dahulu, dengan sistem sosial yang ada, para pemuda tidak dituntut untuk mandiri secara finansial. Sehingga, energinya cukup untuk memikirkan yang terjadi pada “rakyat”. Karena mereka mampu dan punya waktu berpikir biasanya “priyayi”. Sekarang, seseorang baru akan dianggap dewasa, ketika dia memiliki kemerdekaan financial dan mampu membangun keluarga. Maka, haruslah fokus dalam belajar supaya cepat lulus, lalu kerja, lalu menikah. Biarkan rakyat memikirkan dirinya sendiri. Toh, dia pun rakyat. Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja, jadinya… that’s interesting if we watch kids jaman now with old maturity standard. Coba bayangkan seberapa menarik ketika para kids jaman now itu “galau”  bukan karena gebetan ditikung temen yang dompetnya lebih tebel, tapi “galau” karena mikirin “rakyat”. Sarkasnya, it will be so funny. Hahahaha.

Tentang Annelise, rapuh-lemah tapi kompetennya dapet banget sih. Sejujurnya, lebih dapet daripada Chelsea. Rapuh-lemah dan indonya kurang dapet di Chelsea. Annelise sebenarnya adalah perempuan yang kompeten seperti ibunya, Nyai Ontosoroh. Tapi entah kenapa, karakternya dibentuk sangat rapuh dan lemah. Ah, tokoh yang paling kubenci dalam tetralogi ini. It will be great if she died in the end of film. Masalahnya, dia mati di buku Anak Semua Bangsa uy.

Tentang Nyai Ontosoroh. Sejujurnya sosoknya kurang tegas sih untuk jadi Nyai Ontosoroh. Saya juga udah lama nggak lihat actingnya. Akan lebih baik kalau Happy Salma aja sih udah, sebagaimana di teaternya. Dapet banget emosi Nyai nya, apalagi pas yang di pertunjukan monolog. Secara umur juga masih masuk. Tapi masalahnya mungkin, Happy Salma kurang mirip sama yang jadi Annelise nya.

 

About the director and script writer.

Saya tahu Bumi Manusia pernah akan dibuat oleh duet Mira Lesmana-Riri Riza dan juga Anggy Umbara. Saya sebenernya lebih penasaran kalau dibuat oleh duet Mirles-Riri karena melihat bagaimana mereka membuat AADC 1 dan Gie. Mungkin, masalah paten yang menghalangi keduanya. Tapi, Anggy Umbara? Hm… Walau saya suka filmnya yang 3 : Alif Lam Mim. Tapi saya tidak terbayang akan jadi apa Bumi Manusia ditangannya. Dan sejujurnya, saya sudah bertekad, tidak akan nonton kalau sutradaranya Anggy Umbara. Maafnya saya kakak Anggy…

Maka, ketika mendengar Hanung yang menyutradarainya, sejujurnya saya tenang. Setidaknya saya suka gambarannya tentang Kartini. Walau tidak setuju semuanya, salah satunya tentang akhir ceritanya. Kenapa disembunyikan fakta bahwa Kartini adalah istri ke tiga dari bupati Rembang?

Tentang Salman Aristo. Kebanyakan film yang dia tulis saya suka. Dan selalu suka dengan premis-premis film yang ditulis Salman Aristo. Tapi saya agak khawatir mengingat komposisi Hanung + Salman Aristo  pernah membuat saya kecewa di Ayat ayat Cinta 1. Tapi, memang ada karakter novel yang jauh berbeda antara AAC dan Bumi Manusia. Berbeda dengan Bumi Manusia yang tidak hilang esensi premisnya jika difokuskan dalam kisah cinta, Ayat ayat Cinta mempunyai ikatan yang kurang mulus antara kisah cinta dan premisnya. Nilai-nilai dakwah yang diselipkan dalam Ayat-ayat Cinta kurang mulus balutannya dalam kisah cinta. Intinya kang Abik belum seapik HAMKA. Hamka begitu mulus menyelipkan nilai-nilai dakwah dalam kisah cinta Hayati-Zainudin (Tenggelamnya Kapal van der Wijck)

(Note:

Karena kalau dibandingin ama Pram, takut nanti dibilang pro komunis tidak pro dakwah, jadi bandingan eike Hamka aja dah. Sayangnya sedikit dari kita yang baca bukunya HAMKA. Actually, baru HAMKA lawan yang sebanding dengan Pram, sejauh bacaan sastra yang pernah saya baca.)

 

About production house.

Falcon. Sejujurnya, saya bukan penonton film produksi falcon. Tapi semoga seoke DILAN sih. Sejujurnya ada kekhawatiran zonk kayak Benjamin (komposisi Hanung-Falcon) sih. Sebenarnya saya akan lebih tenang kalo dipegang sama PH yang sama dengan film Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Tapi… ya lihat aja deh.

Dilan vs Rangga (Gie, I mean…)

Ketika peluncurannya, entah bagaimana, banyak yang melakukan perbandingan terhadap Dilan dan Rangga. Kebanyakan bertitah tentang perlakuan mereka terhadap perempuan. Dan bagaimana sosok keduanya di mata perempuan. Sejujurnya saya merasa perempuan sedikit terekspoitasi. Hahaha. Saya lebih suka melihatnya dari sudut pandang, bagaimana kedua karakter fiksi tersebut memandang beberapa hal yang sejajar.

Dilan merupakan sebuah sosok simbol kemaskulinan yang sangat naif. Dilan menggambarkan kekuatan, keberanian dan teritori. Tidak dapat dipungkuri sosok seperti ini adalah idaman wanita. Sejatinya perempuan bahagia dalam kuasa dan nyaman dalam lindungan. Tak peduli ada kalangan yang melihatnya sebagai penjara. Bahasa mudahnya, “Perempuan seneng digombalin, meskipun dia tahu gombalannya itu bohong”.

Rangga mau tak mau tidak bisa lepas dari Gie dalam pembentukan karakternya. Hal ini juga diakui oleh Riri Riza sang produser dan sutradara “Ada Apa dengan Cinta?”(1 dan 2). Kalau dibandingkan karakter Gie dan Rangga dalam dua film yang berbeda yang diproduseri juga oleh orang yang sama hampir tidak ada perbedaan. Gie yang digambarkan dalam filmnya begitu dingin dan serius seperti Rangga di AADC. Bisa dibilang persis karena diperankan oleh aktor yang sama. Saya sendiri tidak senaif itu ingin menggambarkan karakteristik Gie di kehidupan nyata. Gie menurut saya pastinya memiliki sisi “hore” dalam dirinya. Hal yang ditunjukan dalam buku harian pastilah sisi tergelap dari diri kita. Hal-hal yang tidak mungkin dia tunjukan secara telanjang pada khalayak ramai. Belum lagi gaya menulisnya yang sebenarnya cenderung spontan semakin meyakinkan saya bahwa Gie dan Dilan mungkin bisa disejajarkan. Sayangnya Dilan punya sisi “hore” yang terlalu dominan.

Hal yang paling sama dari keduanya adalah pegangan terhadap prinsip yang begitu kuat. Prinsip Gie tidak perlu diragukan lagi tentunya. Bagaimana banyak sekali quotenya yang berhubungan dengan prinsip masih popular hingga saat ini, salah satunya… “Lebih baik terasing daripada menyerah terhadap kemunafikan”. Sosok prinsipil Dilan sendiri tergambar dengan bagaimana dia berani melakukan protes keras kepada gurunya. Agak rancu memang. Tapi kalau mendengar penjelasan penulisnya dalam berbagai forum, yang ingin disampaikan disana sebenarnya adalah mengenai “kesemenaan penggunaan otoritas”. Ketika yakin bahwa telah terjadi kesemenaan penggunaan otoritas, kita tidak perlu ragu untuk melawan.

Selain itu keduanya adalah sosok anak muda yang dekat dengan sastra. Walau beda aliran. Tapi, sejauh saya hidup. Sangat jarang laki-laki yang punya kedekatan sedemikian rupa dengan sastra. Sehingga kedekatan keduanya bisa jadi barang yang mustahil dalam kehidupan nyata.

Perbedaan cukup ada pada bagaimana mereka memandang sosok perempuan. Seperti telah dibahas sebelumnya, Dilan melihat perempuan sebagai teritori. Dimana harga dirinya ternodai ketika ada lelaki lain yang mengganggu, bagaimana harga dirinya hancur ketika wanitanya tidak bahagia. Gie bahkan punya pandangan yang lebih buruk mengenai wanita. Setidaknya Dilan menempatkan, perempuan dalam kategori yang “cukup (bahkan sangat) berharga”. Yang bisa saya nilai, perempuan bukanlah hal yang penting dalam hidup Gie (mungkin tidak ada yang dia anggap penting dalam hidupnya). Dia menganggap perempuan adalah sebuah tempat istirahat dan bersenang-senang ditengah kejamnya dunia yang disesalinya. Katanya, orang yang paling beruntung adalah orang yang tidak dilahirkan.

Jadi, bila disuruh memilih antara Dilan dan Rangga (Gie, I mean). Tentu saja aku memilih Dilan. Setidaknya perempuan punya tempat, walau bukan tempat sempurna dalam keseimbangan.

Kartu Kuning

Sebagai seseorang yang dulu pernah berada di kehidupan mahasiswa. Saya tahu pasti, bahwa pergerakan mahahsiswa, dengan segala dinamikanya tidak pernah berhenti. Hanya saja, terlihat punya nilai berita oleh media atau tidak. Dulu bahkan pernah sebuah sekolah tinggi yang dikenal sebagai salah satu sekolah tinggi terbaik di Indonesia di demo agar aksi punya nilai berita yang cukup menarik untuk diliput media.

Aksi kartu kuning kemarin adalah sebuah aksi yang punya nilai berita yang cukup fantastis untuk diberitakan secara cukup massif oleh media-media mainstream. Beragam reaksi muncul dari aksi tersebut. Baik itu reaksi positif dan negatif terhadap aksinya, maupun serangan secara pribadi kepada pengeksekusi aksi.

 

download.jpg

 

Dalam kehidupan mahasiswa sendiri memang ada dua paradigma dengan pendekatan yang berbeda dalam memandang pergerakan mahasiswa. Satu memfokuskan gerakan mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat. Melakukan kajian sosial dan menjadi kontrol sosial. Hal ini dianggap aksi omong doang dan omong kosong oleh paradigm yang satunya.

Paradigma yang satunya menganggap bahwa berbicara saja tidak cukup. Harus ada sesuatu yang nyata yang juga diberikan oleh mahasiswa. Ketika saya menjadi mahasiswa, tentu saya menganut paradigma ke dua. Sampai akhirnya saya menemukan bahwa TIDAK SEMUDAH ITU BERKONTRIBUSI NYATA DALAM MASYARAKAT. Bukan sebagai pengakuan seperti “tuh, kan kerjaan pemerintah itu susah” dan menjadi pembenaran bahwa kritik terhadap pemerintah tidak perlu ada. Tentu ketidakmampuan pemerintah tidak bisa dibebankan kepada mahasiswa. Mahasiswa tidak punya otoritas, kapasitas dan sumber daya yang cukup untuk itu.

Pada akhirnya… kritik mahasiswa tidak bisa dijadikan mengalih tanggung jawaban tugas-tugas pemerintah. Mahasiswa dengan segala keterbatasannya tidak bisa dilepaskan dari tugasnya sebagai kaum intelektual di kalangan kelas menengah. Ketidakmampuan mahasiswa berkontribusi nyata tidak bisa menghilangkan hak dan kewajiban mahasiswa menyandang fungsi kontrol sosial dan penyambung lidah rakyat mengkritisi  kebijakan pemerintah yang menyimpang.