Sisi Gelap Diri Kita : Pikiran Liar

Terdapat perbedaan mendasar antara kalimat “aku gagal” dan “aku sedang mengalami kegagalan”. “Aku gagal” menyatakan bahwa aku adalah kegagalan itu sendiri. Konsekuensinya aku tidak pernah mengalami keberhasilan sama sekali. Sedangkan kalimat yang satunya bahwa seorang aku tetaplah aku, kegagalan adalah sesuatu yang sedang dijalani oleh aku. Artinya seorang aku juga pernah berhasil maka aku memiliki kesempatan untuk kembali berhasil.

Kita memandang diri kita dan kejadian yang sedang kita atau orang lain alami berdasarkan 3 filter mental yaitu generalisasi, delesi dan distrosi. Generalisasi adalah menyamakan sesuatu dengan persepsi umum akan identitas yang dimiliki sesuatu tersebut. Contohnya, orang padang pelit, Andi adalah orang padang, maka Andi akan dipersepsikan pelit padahal belum tentu Andi itu pelit. Delesi adalah kita menghilangkan informasi tertentu yang kita tidak inginkan. Contohnya ketika kita merasa tidak ada yang bisa mengerti kita, padahal selama ini ada orang tua yang selalu mengerti kita. Distorsi adalah menyelewengkan sesuatu yang indah menjadi sebuah tragedi. Contohnya ketika kita merasa sebagai ibu yang buruk, maka usaha kita bertaruh nyawa untuk melahirkan pun hanya akan dianggap sebagai peristiwa biologis alami belaka.

Orang yang depresi memiliki pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri, pengalaman yang sedang dilaluinya dan masa depan yang akan didapatkannya. Pola pikir negatif ini bisa diganti dengan pola pikir yang lebih adaptif. Orang yang mengalami depresi berpikir bahwa mereka tidak pantas untuk disukai/dicintai. Mereka perlu disadarkan bahwa mereka punya alasan untuk disukai oleh orang lain, karena mereka menghayati akan hal-hal yang mereka sukai dari diri mereka sendiri. Orang yang mengalami depresi akan beranggapan bahwa pengalaman buruk yang sedang dilaluinya berlangsung selamanya, tidak ada pengalaman baik yang pernah dilaluinya, kalau pun ada pengalaman baik hanyalah sebentar dan tidak berarti apa-apa. Mereka perlu disadarkan bahwa pengalaman baik dan buruk terjadi secara bergantian dan menjadi warna dalam kehidupan kita dengan menyelusuri pengalaman hidupnya dengan detail semenjak lahir. Orang yang depresi juga memandang bahwa masa depan yang akan didapatkannya adalah masa depan yang buruk sebagai akibat dari pengalaman buruk yang sedang dilaluinya saat ini. Akibatnya kita akan merasa tidak berdaya untuk melakukan perubahan saat ini, kehilangan harapan dan akan timbul pikiran untuk melakukan bunuh diri.  Mereka pelu untuk disadarkan bahwa depresi sedang membohongi mereka mengenai kejadian masa depan yang masih belum menjadi realita.

Ada beberapa cara berpikir yang dapat mendistorsi pemikiran kita, yaitu dunia hanya ada warna hitam dan putih dan tidak ada spektrum diantaranya, memiliki aturan dan ekspektasi yang tidak fleksibel, hanya memikirkan sisi negatif dari sesuatu, melihat hal positif dengan cara yang negatif, mengeneralisasi semua hal, melebih-lebihkan keadaan, menganggap sebuah kejadian dalam kontrol diri sendiri secara mutlak, menganggap semua persepsi akan emosi dan realita adalah sesuatu yang mutlak terjadi, membuat kesimpulan yang utuh dari realita yang sepotong dan terjebak dalam pemikiran kita sendiri. Semua pikiran ini tidak dapat dihilangkan, walau bisa diabaikan, tapi pikiran ini tetap ada. Maka, solusinya bukan menghilangkan pemikiran tesebut, tetapi kita perlu untuk memberi pilihan cara berpikir yang lain agar kita bisa memilih cara berpikir yang lebih objektif agar dapat bereaksi  dengan perilaku yang lebih adaptif.

Tinggalkan komentar